•
•
•
•Nathan membawa tatapan nya mengarah keseluruh ruang terbuka yang ia datangi hari ini , tadi saat selesai mengurus administrasi kepulangan Gaveen , Irene tiba-tiba mengajaknya kesuatu tempat dan ia baru tahu saat mereka sudah sampai pada pekarangan pemakaman yang Nathan duga adalah tempat Dalphine.
Nathan meneliti setiap sudut ruang terbuka ini, mendongak sekedar melihat cerahnya langit yang tidak secerah hatinya. Hatinya seperti berada diruang gelap dan seolah terjebak dengan kedua mata yang tertutup, emosinya padam lalu merasa kehilangan begitu otaknya mencoba menyadari jika memang ia berdiri ditempat seperti ini karena nyatanya Dalphine memang benar-benar tertidur, tidur pada salah satu kubikulum yang ada didalam sana.
"Kenapa tidak bilang kalau kalian akan mengajakku bertemu Dalphine, aku jadi tidak bisa membawakan apa-apa untuknya" , bisiknya dengan suara tertahan, tapi secara bersamaan juga seperti terdengar ada senyuman disana tapi Irene tidak bodoh, ia tau Nathan hanya berusaha terlihat baik-baik saja.
Nathan mengehela nafas pelan , ia tiba-tiba berdebar ketika untuk pertama kali ia mengunjugi pemakaman anaknya sendiri. Berdebar seperti akan bertemu dengan cinta pertamanya, namun bukan Nathan yang akan bertemu dengan cinta pertama. Tapi Dalphine, Dalphine akan bertemu dengan cinta pertamanya.
Irene menyadarinya , ia tentu tahu reaksi pertama yang akan Nathan berikan adalah pria itu pasti terkejut dan sedikit kaku saat untuk pertama kalinya membawa Nathan kesini.
Bukan takut karena tempatnya horor , tetapi karena sedikit gugup saat untuk pertama kalinya mendatangi pemakaman anaknya , Irene menuntun tangannya bergerak mengusap punggung Nathan karena masih memberikan reaksi banyak diam seperti ini.
"It's okey Nath ..., Dalphine pasti senang papanya datang", Irene begitu bijak dalam memberi pengertian pada Nathan sejak semalam, begitu telaten memberikan wadah agar pria itu tidak terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri.
"Atau mungkin marah Rene karena papanya baru datang" , kembali Irene memberikan usapan lembut pada lengan Nathan sekedar kembali meyakinkan.
"Kenapa harus marah ? , dia justru senang akhirnya papa datang menemuinya. Seperti Gaveen yang selalu senang kalau bertemu papa nya" ,
"Ayo" , ajaknya.
Nathan menarik nafas dalam-dalam sebelum mengikuti langkah Irene , sebelum masuk dibeberapa seberang jalan terdapat penjual bunga yang ditawarkan khusus bagi orang-orang yang ingin mengjungi sanak saudara mereka yang lebih dulu menghadap pada tuhan.
Rasanya tidak elok kalau Nathan masuk dan untuk pertama kalinya menemui anak perempuan nya kalau tidak membawa apapun , bunga menjadi pilihan alternatifnya.
"Kita beli bunga dulu ya , kesan pertama harus berjalan baik" ,
Irene tersenyum lalu mengangguk , betul juga harusnya sebelum kesini mereka membeli bunga dulu tapi untung ada penjual bunga yang berada di area pemakaman jadi sekarang Nathan dan Irene sudah subuk memilih bunga untuk Dalphine.
"Jadi bunga yang mana Nath ?" ,
Nathan menoleh , ia terlihat berfikir menentukan bunga apa yang akan diberikan kepada Dalphine. Sementara Gaveen sudah ia turunkan , membiarkan anak itu berdiri berpegang pada bangku tunggu.
"Ayo Gav bantu papa pilih bunga nya",
Merasa terpanggil Gaveen mendongak sebentar sebelum akhirnya kembali sibuk dengan memukul-mukul bangku tapi membuat Irene mendesis saat melihat Gaveen justru duduk dan membuat celananya kotor.
"Aish ... jangan duduk sayang oh.. dapat dari mana bunga itu Gav ?" ,
Irene ikut jongkok saat melihat Gaveen memegang setangkai bunga berwarna merah mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake || Nathan Romejo Tjoe A-on
RomanceBest Mistake ~ Ketika satu kesalahan yang awalnya menjadi momok ancaman bagi seorang Nathan Tjoe dalam mempertahankan karirnya , mempertahankan nama baik keluarganya berubah menjadi kesalahan terbaik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Elora Iren...