•
•
•
•
____________________Nathan berdiri tepat dibelakang Irene menunggu istrinya selesai dengan ritual kecantikan malamnya sebelum tertidur , begitu katanya saat ia mengomel sebab menunggu istrinya yang sejak tadi ia suruh untuk segera mengistirahatkan badan nya.
"Apa para wanita memang seperti itu ?" ,
"Hm maksudnya bagaimana Nath ?" , Irene membawa tatapannya pada Nathan yang masih berdiri dibelakangnya lewat cermin besar yang ada didepan nya.
"Berdandan saat akan tidur" ,
"Iyalah memang harusnya seperti itu , biar cantik kalau bangun besok pagi" ,
"Iya memang cantik tapi kurangnya cuma satu" ,
"Apa kurangnya ?" ,
"Kurang peti mati nya hahaha" ,
krik krik krik
Nathan tertawa santai tanpa menyadari tatapan mata Irene tertuju padanya.
Lalu tawanya terhenti saat sebuah sisir melayang dan sukses mengenai lengan nya.
"Lucu ?" ,
Nathan mengatupkan bibirnya saat mendengar suara datar istrinya masuk ditelinga.
"Tidak sayang , sama sekali tidak lucu" ,
Nathan dengan cepat bergerak memeluk Irene dari belakang memastikan istrinya tidak merajuk karena ucapannya , membungkuk untuk memeluk Irene karena wanita itu masih duduk didepan meja rias.
"Aku sekarang senang karena bisa memelukmu dengan bebas tanpa tekanan apapun" ,
Irene hanya menunduk mengamati jari kanan Nathan yang masih terbalut dengan perban , ia sama sekali belum menemukan jawaban tentang itu yang sejak tadi mengitari kepalanya.
"Nath____ tanganmu. Bagaimana bisa kamu dapat luka ini ?" ,
Nathan berdeham lalu kembali melepaskan Irene dan menyembunyikan tangannya kebelakang.
"Hanya luka kecil aku tadi tidak sengaja mendapatkan ini saat dilapangan" ,
"Luka kecil tapi diperban seperti itu" ,
Katanya lalu berbalik menghadap pada Nathan , tanpa ragu ia mengambil tangan itu dan menyimpan di pahanya , setelah sebelumnya menarik satu kursi untuk diduduki oleh Nathan.
Mengamati tangan Nathan yang masih diperban , sembari tangan nya bergerak mengambil kotak p3k yang disimpan di laci meja riasnya.
"Aku ingin melihatnya , perban nya juga sepertinya sudah harus diganti" ,
Nathan baru akan protes tetapi Irene lebih dlu menatapnya dengan tatapan sarat tidak mau dibantah , membuat Nathan diam saja saat melihat istrinya sudah membuka perban itu secara hati-hati.
"Bagaimana kamu bisa dapat luka ini Nath ?" , katanya sembari mulai membersihkan luka-luka Nathan menggunakan kapas yang sebelumnya sudah di baluri dengan alkohol.
"Aku hanya kurang hati-hati" ,
"Bukan kurang hati-hati Nath tapi kamu memang sengaja mendapatkan luka ini. Dari kaca, iya kan ?" , tebaknya
Semua pertanyaan-tanyaan Irene terjawab hanya sekali lihat bentukan luka yang dimiliki oleh Nathan , dan Irene tidak bodoh jika luka-luka ini adalah goresan-goresan dari serpihan kaca yang entah bagaimana bisa Nathan mendapatkan itu.
Robekan nya pun masih ada , masih memerah dibeberapa bagian.
"Apapun yang terjadi dilapangan jangan pernah membawanya keluar dari sana , cukup dilapangan saja Nath , selesaikan dilapangan" ,
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake || Nathan Romejo Tjoe A-on
RomanceBest Mistake ~ Ketika satu kesalahan yang awalnya menjadi momok ancaman bagi seorang Nathan Tjoe dalam mempertahankan karirnya , mempertahankan nama baik keluarganya berubah menjadi kesalahan terbaik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Elora Iren...