•
•
•
•"Apa kalian memang sering berdua begini saat dirumah ?" ,
Nathan masih duduk dipinggiran ranjang Gaveen ketika Irene masuk dengan pakaian rumahan nya , sekarang sudah malam dan baru saja pria itu menidurkan Gaveen sementara Irene membersihkan dirinya.
"Iya kalau malam memang hanya berdua dengan Gaveen Nath , pengasuh Gaveen hanya sampai sore. Kalau Shayne hanya sesekali dia datang" , Irene ikut mendekat keranjang Gaveen sekedar melihat anaknya sudah tidur atau belum.
Setelah banyak bermain, Gaveen kelelahan dan tidak butuh waktu lama untuk membuatnya cepat tertidur.
"Ngobrolnya diluar saja ya , Gaveen sepertinya sudah tidur nyenyak" ,
"Tapi apa tidak bahaya meninggalkan Gaveen tidur sendiri ? , nanti jatuh bagaimana" ,
"Dia sering tidur sendiri Nath , kurung saja dengan banyak bantal tapi nanti aku akan mengangkatnya ke kamarku" , Irene menyusun beberapa bantal untuk mengelilingi Gaveen , karena Gaveen cukup rusuh saat tidur.
Nathan menunduk mengecup seluruh wajah Gaveen "Selamat malam Gav" lalu berdiri menghidupkan lampu kecil yang ada diruangan Gaveen , mereka keluar membiarkan Gaveen tidur sendiri diranjang nya.
Saat sedang menikmati kesunyian duduk diruang tamu, menatap pahatan apa saja yang ada dirumah ini ditemani pencahyaan yang tidak begitu terang tapi tidak juga gelap, aroma pengharum ruangan menjadi estetika tersendiri membuat netra Nathan berkeliling memindai apa saja yang tersaji didepan nya.
Berbagai hiasan dinding, lukisan dan perkakas-perkakas mini lainnya yang disusun secara apik dan merata sesuai penempatan, termasuk beberapa jejeran foto dengan ukuran yang berbeda-beda.
Diantara banyak ukiran foto yang tersaji, ada satu yang begitu menarik perhatian Nathan.
Irene dan Gaveen menjadi salah satu penghuni bingkai yang terpasang disana. Merasa tertarik, dan merasa perlu mendekati untuk melihat seperti apa ukiran itu. Awalnya ia akan tersenyum tetapi tertahan saat netranya menangkap bukan hanya Irene, Gaveen tapi... juga Shayne ada disana.
Helaan nafas muncul, ia tiba-tiba lelah melihat foto-foto ini. Dilihat dari sudut pandang manapun, foto ini mirip seperti pahatan yang sengaja dibuat agar orang-orang tahu dan paham kalau mereka bertiga sedang merawat keluarga yang utuh dimana didalamnya hanya ada ayah, ibu dan satu orang anak.
Seolah bercerita, ini keluargaku, dan aku mencintainya. Itu terlihat dari seperti apa ekspresi dan senyum yang ditampilkan orang-orang yang ada didalam foto itu. Beberapa detik Nathan merasa kalau dirinya adalah pakar ekspresi yang bisa membaca ekspresi orang-orang difoto itu.
Menyelam dalam bingkai foto dan atmosfer aneh yang tiba-tiba merajainya harus terusik dan terkesiap saat Irene datang dengan nampan berisi makan malam untuk mereka.
Sejenak Nathan menyempatkan berdehem untuk mengusir perasaan aneh yang tadi mengusik lalu menggantinya dengan senyuman, Irene yang ia tahu tidak mahir memasak sedikit menahan senyum saat netranya melihat nampan yang diletakan diatas meja itu.
"Maaf ya hanya ada ini , kamu kan juga tahu aku tidak pandai dalam memasak. Bisa tapi hanya sedikit" , cicitnya.
Nathan kembali pada posisi awalnya, duduk disofa mengamati. Ada dua piring omellet dengan masing-masing sosis panggang juga beberapa buah potong disana lalu teh hangat madu dua cangkir karena cuaca sedang dingin.
"Apa kamu sering menyantap makanan ringan seperti ini ?, ini tidak akan membuatmu kenyang" , ada rasa menyesal saat Nathan harus mendapati Irene yang kembali pada kebiasaan nya saat mereka belum bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake || Nathan Romejo Tjoe A-on
RomanceBest Mistake ~ Ketika satu kesalahan yang awalnya menjadi momok ancaman bagi seorang Nathan Tjoe dalam mempertahankan karirnya , mempertahankan nama baik keluarganya berubah menjadi kesalahan terbaik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Elora Iren...