•
•
•
•
__________________Irene menatap punggung lebar didepan nya sembari terus mengikuti Nathan yang berjalan didepan nya , ia tahu Nathan Tjoe pasti masih marah akibat aksi nekatnya tadi tetapi sekali lagi Irene hanya tidak bisa menahan rindu beratnya.
Ia hanya mencoba mengutarakan perasaan rindunya yang kian menjadi dengan langsung mendatangi Nathan di Paris karena ia berfikir hanya Paris yang bisa ia jangkau saat ini tetapi hal yang tidak terduga malah membuat Nathan marah padanya dan melakukan aksi mogok bicara saat pria itu membawanya kehotel.
Awalnya Nathan memang memeluknya tetapi itu saat ia belum sadar tentang aksi nekat yang dilakukan oleh istrinya.
Nathan melirik lewat ekor matanya memastikan Irene masih berjalan dibelakangnnya , jaga-jaga wanita itu tidak kabur karena demi apapun Nathan yakin 100% istrinya ini sudah mau kabur saat mendapati kemarahan pada wajahnya tapi sesekali Irene memang harus di diami seperti ini , sikap ceroboh dan nekat nya kadang membuat Nathan pusing sendiri.
Saat ini mereka sudah berjalan kearah lift yang akan membawa mereka ke kamar masing-masing , Nathan sengaja memesan kamar untuk Irene yang tidak jauh dari kamarnya bersama Justin supaya gampang untuk di pantau.
Lift ini sunyi , senyap seperti tidak berpenghuni padahal ada dua jenis manusia didalam nya.
Nathan yang diam seribu bahasa ternyata membuat aura dingin nya melebihi es dikutub utara , benar-benar dingin hingga saat Irene mendekat rasanya kakinya langsung tergelincir begitu saja seolah Nathan tidak mengizinkan dirinya disentuh sedikit pun.
Tetapi rasanya mulut Irene seperti digaruk sesuatu hingga ia tidak bisa menahan diri walau sekedar bertanya basa-basi pada si kutub es ini , Nathan yang diam seperti ini benar-benar membuat bulu romanya merinding seketika.
Ia sedikit berdehem berharap Nathan menoleh walau hanya sebentar tetapi leher pria itu seperti terikat sesuatu dan begitu sulit untuk membuatnya menoleh walau sebentar saja.
"Hem___ kita... kita mau ke lantai berapa Nath ?" ,
Nathan menoleh sebentar sebelum kembali menghadap kedepan lalu sedikit menggerakan badan nya agar Irene bisa melihat sendiri layar kecil yang menujukan lantai berapa yang akan menjadi tujuan mereka.
"Lantai 9 ?" , tanya nya pelan saat matanya bisa melihat angka 9 disana , yang hanya dibalas dengan anggukan oleh pria itu.
Mati-matian Irene menahan gejolak lajuan air matanya saat Nathan bersikap dingin seperti ini padanya , ia seperti ingin menghilang saja jika sudah seperti ini. Perjalanan ke Paris untuk menemui Nathan sepertinya bukan ide yanh bagus.
Benar-benar kulkas dua pintu gumamnya tanpa sadar saat menyaksikan Nathan yang sudah mirip seperti kulkas dua pintu berdiri didepan nya.
"Mengatakan sesuatu ?" , ujarnya sembari masih mempertahankan posisi menghadap kedepan , mengabaikan Irene yang masih menatap punggung nya.
Irene mendongak bingung menyadari Nathan mendengar bisikan nya padahal pria itu jelas-jelas memasang earphone diatas kepalanya.
Apa maksudnya ? ,
"Disini hawanya dingin ya" , Irene tersenyum canggung saat berusaha berbasa-basi pada pria itu.
"Perasaanmu saja" , katanya lalu berjalan keluar saat pintu lift sudah terbuka , meninggalkan Irene dengan mata beo menatap kearahnya.
"Mau keluar atau tidak ?" ,
Melihat Irene diam saja tanpa bergerak membuat Nathan menahan lift itu dengan tangan nya agar pintunya tetap terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake || Nathan Romejo Tjoe A-on
RomanceBest Mistake ~ Ketika satu kesalahan yang awalnya menjadi momok ancaman bagi seorang Nathan Tjoe dalam mempertahankan karirnya , mempertahankan nama baik keluarganya berubah menjadi kesalahan terbaik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Elora Iren...