•
•
•
•Nathan kembali dengan beberapa kantung belanjaan ditangan nya , entahlah tetapi niatnya hanya ingin membeli pembalut untuk Irene tetapi begitu masuk ke dalam toko ia malah membeli beberapa kebutuhan lain nya jadi alhasil tangan nya sudah penuh beberapa kantung belanjaan.
Macam-macam hingga membuat dirinya sedikit kesusahan untuk membawa itu.
Nathan membuka pintu , dan matanya langsung disuguhi Gaveen yang tiba-tiba duduk diatas ranjangnya , membuat jantungnya memompa seketika.
"Ya ampun____ Gav" , pekiknya lalu buru-buru meletakan barang bawaan nya dan menghampiri Gaveen yang malah anteng diatas ranjang tapi tetap membuat jantungnya hampir copot karena anak itu berada dipinggiran ranjang , sekali gerak sudah dipastikan Gaveen akan jatuh kebawah.
"Gav .... bagaimana kalau kamu jatuh nak. Jangan banyak gerak dulu Gaveen , bisa tidak ?" , omelnya lalu dengan cepat menggendong Gaveen , ia berdiri disisi ranjang sembari tangan sudah sibuk mengusap kepala Gaveen dengan sayang.
Tapi anak itu malah menggerakan kepalanya seolah tidak mau disentuh , lalu matanya memerah dan detik berikutnya tangisnya pecah. Mungkin kaget karena mendengar pekikan ayahnya barusan.
"Jangan nangis Gav , hey ... nanti mamamu ngamuk Gav" ,
"Cup ... cup .. Kenapa malah nangis sih Gav. Aduh" , paniknya karena kalau sampai Irene dengar yang ada dirinya yang akan mendapat omelan itu.
"Ssstttt. Jangan nangis sayang sudah ya.. Maaf" , Ia memeluk Gaveen agar anak itu mau menghentikan tangisnya.
"Kenapa bangun ? , cari mama ?" ,
"Mam____" ,
Nathan tertawa kecil mendengar suara imut Gaveen yang akhir-akhir ini selalu menjadi favoritnya.
"Sebentar ya" ,
"Nath....." ,
Nathan baru akan memanggil Irene tapi wanita itu sudah ribut memanggil namanya didalam kamar mandi.
"Kamu sudah kembali Nath ?" , teriaknya lagi karena ia masih berada dalam toilet.
Nathan kembali tertawa kecil , ini impiannya, seperti keluarga kompak yang rusuh . Ya meskipun pada kenyataan nya mereka tidak kompak sama sekali , tapi segera Nathan sedang mengusahakan itu.
"Kenapa Gaveen nangis Nath ? , kamu cubit ya ?" ,
Nathan menaikan sebelah alisnya mendengar tuduhan Irene "Lihat .. belum apa-apa papa sudah dituduh lagi" , aduhnya pada Gaveen.
"Noellll..... kenapa lama sekali !" , lagi , teriakan itu kembali terdengar.
"Mama mu sudah seperti di hutan , ayo" , cibirnya.
Nathan membawa Gaveen sembari mendorong tiang infus dengan sebelah tangan nya yang sudah memegang kantong plastik belanjaan berisi kebutuhan pribadi Irene.
"Oh____ Gav ... kapan kamu bangun ? ,jangan nangis nak" , tanya nya begitu melihat Gaveen sudah berada digendongan Nathan tapi dengan wajah habis menangis.
"Baru saja , dia hampir jatuh" ,
"Benarkah ? , maaf Gav mama ditoilet" , katanya tidak enak.
Ia kemudian beralih pada Nathan menunggu kantong belanjaan itu pindah ketangan nya tapi Nathan hanya diam menatap nya.
"Pesananku mana Nath ?" ,
"Oh... maaf" , Nathan terkesiap saat Irene melambai-lambaikan tangan didepan wajahnya. Ia tersenyum malu mendapati dirinya yang bengong sesaat ketika Irene memunculkan kepalanya dibalik pintu toilet itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake || Nathan Romejo Tjoe A-on
RomanceBest Mistake ~ Ketika satu kesalahan yang awalnya menjadi momok ancaman bagi seorang Nathan Tjoe dalam mempertahankan karirnya , mempertahankan nama baik keluarganya berubah menjadi kesalahan terbaik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Elora Iren...