•
•
•
•"My sweety Nathie... !, ya ampun kenapa lama sekali hah !", cercah Melinda begitu ia sudah masuk dalam ruangan Nathan.
Disusul Romeo yang juga masih mengatur nafasnya karena berlari dari parkiran menuju ruangan ini, sementara Joy dan Gaveen sepertinya masih diluar.
Tidak menunggu waktu lama untuk dirinya datang kerumah sakit setelah Irene mengabari kalau Nathan sudah siuman dan akan dipindahkan ke ruang perawatan biasa.
Melinda mendekat, ia tidak bisa menahan air matanya saat benar-benar bisa melihat anaknya sudah bisa duduk menyandar diatas bed perawatan tanpa penopang hidup lagi.
Sebelum ini ia benar-benar seperti berada diujung kematian saat Nathan masih berjuang dan enggan membuka mata, tak henti-hentinya Melinda mengucap syukur atas keajaiban yang diberikan Tuhan pada keluarganya.
"Kamu tahu mommy benar-benar seperti akan kehilangan nyawa saat mendengar kabar seperti itu lalu dokter mengabari kondisimu. Mom benar-benar tidak akan bisa memaafkan diriku kalau kamu tidak kembali Nath",
Melihat sang ibu tidak bisa membendung air matanya, Nathan memilih menarik Melinda masuk dalam pelukannya menepuk-nepuk punggung bergetar ibunya, "Mom sangat.., mom sanagy senang Nath, kufikir kamu tidak akan kembali dan meninggalkan kita semua",
Melinda susah payah menyelesaikan ucapanya, ini bukan tangisan pilu tetapi tangisan bahagia, perasaannya begitu legah tidak lagi merasa terpenjara di benua lain saat bisa melihat senyum manis anak laki-lakinya terbit disana.
"Berhenti menangis mom, aku kan sudah kembali. Kita bisa sama-sama lagi",
Usapan lembut pada wajah ibunya ia berikan, memghalau lajuan air matanya. Ini kali pertama dirinya melihat Melinda menangis terseduh seperti ini. Ia yang terbiasa melihat ibunya ceriah, terbiasa dengan kegaduhan dan kehebohan ibunya mendadak sesedih ini membuatnya terlihat lucu dan sejak tadi ia sedang berusaha menahan tawanya tapi sedikit saja ia tertawa maka ibunya akan kembali meraung karena merasa di ledek.
"Mom...., bisakah berhenti menangis ?. Giliranku yang memeluk Nathan", Romeo sedikit mendekat, ia juga ingin memeluk dan berbicara pada anaknya tetapi Melinda seolah tidak ingin melepaskan diri dari sana.
"Nanti dad, aku dulu..., kamu tahu kan perasaanku seperti apa saat Nathan koma jadi biarkan aku memeluknya dulu",
"Heh..., lalu aku bagaimana dikira patung tidak menangis sepanjang waktu",
"Daddy nangis ?, benarkah itu mom ?",
Romeo berdehem, memberi gestur menolak atas penyataan nya barusan.
"Itu... ha..ha mana mungkin dad menangis. Tidak mungkinlah hanya kelilipan",
"Tidak usah berbohong. Mengaku saja dad, lihat matamu bahkan sudah berkaca",
Melinda mendengus mendengar kebohongan yang baru saja terlontar dari suaminya, pria baya itu bahkan lebih menangis hebat.
Didepan mereka Romeo memang tampak tegar tetapi sejak Nathan kecelakaan dan mengalami koma pria itu diam-diam menangis sendiri, kerap bangun tengah malam sekedar berdoa pada Tuhan lalu kembali terdiam mengamati sudut rumah Nathan, foto-foto Nathan digalery ponselnya lalu semua kenangan itu akan berputar dikepalanya.
Romeo terpukul hingga hampir setiap hari dirinya menyempatkan tidur dikamar sang anak kalau sedang pulang sekedar beristirahat sebentar.
Saat siang hari ia berusaha menahan air matanya, menyangkal karena ingin terlihat kuat didepan keluarganya. Sebagai kepala keluarganya ia tentu mau menjadi penguat pada mereka semua hingga tiba malam hari Romeo baru akan merilis segalanya dengan kesendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake || Nathan Romejo Tjoe A-on
RomanceBest Mistake ~ Ketika satu kesalahan yang awalnya menjadi momok ancaman bagi seorang Nathan Tjoe dalam mempertahankan karirnya , mempertahankan nama baik keluarganya berubah menjadi kesalahan terbaik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Elora Iren...