Ch 2. Buku

75 2 3
                                    

[Hah......~~hah..~~hah~~]

Aku berusaha menarik nafas setelah pertarungan itu ya walaupun itu tidak bisa disebut pertarungan.

[Kera itu....Sudah mati kan?]

Aku mendekati mayat(?) dari kera yang seluruh badannya tertusuk tombak yang muncul dari dalam tanah.

[Bagaimana bisa tombak keluar dari dalam tanah padahal tidak ada lubang atau retakan di situ?]

Masih dalam keadaan kebingungan, aku mendekat dan tidak sengaja kakiku menendang batu(?) yang keras dan tombak-tombak yang menusuk kera itu kembali kedalam tanah secara perlahan-lahan.

[Ehh!? sebentar..]

Aku langsung melihat kebawah di mana batu(?) itu berada.

Batu itu berbentuk bulat dan besarnya seperti bola untuk sepak bola, berwarna putih cerah bagaikan mutiara dan walaupun disini gelap anehnya batu ini mengeluarkan cahaya redup yang hanya bisa menerangi sejauh 10 sampai 30 cm saja.

[Aku penasaran batu apa ini.]

Aku berusaha mengangkat batu itu tapi.

[!!?? Berat, berat sekali!]

Batu itu tidak bergerak, aku sudah memakai berbagai cara untuk mengangkatnya tetapi tetap tidak bergerak, dan pada saat itu

*cring

[!??]

Muncul tombak yang sama seperti tadi tapi kali ini munculnya di tempat yang berbeda dan dari langit-langit.

[Batu ini berbahaya, jika aku asal menyentuhnya mungkin aku akan tertusuk tombak,sama seperti kera itu.]

Aku langsung menjauh dari batu itu dan mendekati mayat kera itu, aku yakin kera itu sudah mati karena semenjak tadi aku berusaha mengangkat batu itu, dia tidak bergerak.

[baiklah monyet sialan, ayo kita periksa tubuhmu itu.]

Dengan menyinari mayat kera itu menggunakan senter HP aku memulai memeriksa dan berekperimen.

[Pertama yang mengganggu pikiranku sejak tadi, saat aku memukulnya menggunakan penggaris logam tubuhnya tidak terluka aku merasa seperti memukul besi]

Aku mengambil kembali penggaris logam yang tergeletak di dekatku dan menyeret mayat kera itu dari tempat semula, karena aku tidak mau saat sedang berekperimen tiba-tiba tombak itu keluar dan menusukku sampai mati.

[*hek~* Berat tapi bukan bearti aku tidak bisa menyeretnya. *hek~*]

Setelah aku menyeretnya sejauh sekitar 10 meter dari bola dan tempat jebakan(?) itu aku menghela nafas

[Pew~~Baiklah sekarang sudah lumayan jauh, waktunya bekerja.]

Pertama-tama ayo kita coba pukul tangannya menggunakan penggaris.

*teng

[!??...]

Ketika aku memukulnya, muncul suara seperti besi yang terbentur dan pengarisnya terpantul.

[Aneh, padahal tekstur tubuhnya tidak terasa keras,baiklah kucoba memukulnya dengan tanganku. ]

Aku bersiap-siap menahan rasa sakit yang mungkin akan muncul ketika aku memukulnya, karena jika memukulnya menggunakan penggaris besi menimbulkan suara seperti itu,bagaimana dengan tanganku, dan sepertinya semua kekhawatiran ku itu tidak perlu karena~

*deg

[!? Hmm.. kenapa rasanya seperti aku memukul gumpalan daging hewan normal dan tidak keluar suara keras seperti tadi.]

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang