Ch 99. Persiapan Sebelum Pergi Mengungsi

15 1 0
                                    

Aku, tidak percaya dengan apa yang tertulis di buku ini.

Siapa yang menduga kalau ayah bisa melakukan ini semua.

Dia menghawatirkan kami semua sampai segitunya. Maafkan aku karena terlambat datang ayah. Jika saja aku tidak terlambat, mungkin aku masih bisa melihat senyum kalian berdua.

Maaf, aku tidak akan bersedih, setidaknya tidak sekarang.

Aku akan berusaha menjalankan permintaan kalian yang terakhir.

[Akan kupastikan, adik-adikku akan selamat.]

Kututup buku itu dan mulai menyiapkan segala sesuatu untuk pergi dari sini membawa mereka semua.

.....

Aku pergi ke garasi untuk mencari sesuatu yang kubutuhkan. Jumlah anak yang ada di tempat ini adalah 15 anak dengan laki-laki sebanyak 6 dan perempuan sebanyak 9. Gabriel tidak termasuk hitungan karena dia sudah di anggap sebagai pegawai walaupun dia adalah anak dari panti asuhan juga. Kembali ke topik pembicaraan, aku tidak bisa menyuruh anak-anak itu untuk berjalan kaki dari sini sampai ke pusat pengungsian. Itu hanya akan membuat kami menjadi sasaran empuk bagi para goblin dan ditambah lagi kecepatan berjalan mereka sangatlah lambat. Jadi, apa yang kubutuhkan? Kendaraan.

Walaupun aku menggunakan mobil, kami tidak akan bisa bergerak dengan mulus karena jalan utama sudah dipenuhi mobil-mobil kosong yang di tinggalkan pemiliknya. Menggunakan sepeda motor juga tidak berguna karena hanya bisa membawa maksimal 3 – 4 anak, ditambah lagi resikonya juga cukup tinggi. Lalu apa yang bisa digunakan? Jawabannya adalah T*sa. dengan bentuknya yang cukup kecil, bisa digunakan untuk melalui gang-gang yang ditandai di peta. Aku berterima kasih kepada ayah karena sudah membuat peta dan rencana ini.

Jadi, mudahnya adalah semua anak masuk kedalam tosa, tutup bagian atas dengan kain dan papan membentuk seperti tenda untuk menghalau serangan anak panah dan mengendarai kendaraan itu mengikuti jalur yang sudah di petakan untuk pergi langsung menuju pusat pengungsian dimana Reni dan teman-teman yang lain menunggu.

Karena itulah aku mengecek kondisi kendaraan ini beserta mencari papan-papan kayu atau logam yang bisa menahan serangan anak panah.

[Bensin.... masih cukup banyak, kain dan papan... aku bisa mengambilnya di gudang.]

Sekalian juga aku mengambil palu dan paku di lantai dua dan mengambil papan kayu di lantai dua, sayangnya tidak ada papan logam yang tersisa jadi aku putuskan untuk menebalkan papan kayu saja di bagian samping. Untuk bagian belakang... kurasa aku akan membuat pintu.

Aku punya waktu sampai pagi, jadi aku harus buru-buru untuk menyelesaikannya.

........

Pagi sudah datang, dan entah mengapa aku tidak mengantuk sama sekali. Aku bisa merasakan matahari mulai terbit karena suasana di luar yang aku lihat dari jendela mulai berwarna biru. Pekerjaanku disinipun juga hampir selesai dan hanya perlu memasang pintu saja tapi saat kupasang pintu itu, bagian didalam sana menjadi lebih sempit. Aku putuskan untuk tidak memasang pintu dan mengambil beberapa tutup panci yang kemudian aku modifikasi untuk setidaknya bisa menahan anak panah.

[Baik, kurasa ini sudah cukup. Seharusnya Gabriel sudah bangun sekarang.]

Waktu bekerja di panti asuhan cukup pagi, anak-anak sudah harus bangun saat jam 5 dan anak-anak yang remaja harus sudah bangun 30 menit lebih awal dari adik-adik mereka. Ayah bilang hal ini untuk melatih kedisiplinan mereka untuk bangun lebih awal dan mulai beraktifitas sehari-hari.

Aku kembali keruangannya Gabriel dan mengetuk pintunya.

[Gabriel, apa kau sudah bangun?]

Tidak sampai 3 detik, pintu itu terbuka dan keluarlah Yanto yang sedikit kebingungan.

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang