Ch 100. Pergi Mengungsi

7 1 0
                                    

[[[[[EEEHHH!!??]]]]]

Sesuai dugaan, mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja kukatakan.

[Ke-Kevin!? Apa maksudmu dengan itu!?]

Gabriel dengan sedikit gugup, bertanya kepadaku. Sedangkan Yanto..... dia dengan tenang memakan makanannya. Sepertinya kondisi tubuhnya sudah cukup sehat.

[Setelah sarapan, kita akan naik kendaraan untuk pergi ke pusat pengungsian.]

Anak-anak mulai ribut, mereka mulai bertanya-tanya apakah kita akan piknik, dimana ayah dan ibu, dimana kakak-kakak yang lain dan sebagainya. Sayangnya mereka tidak akan bisa bertemu dengan mereka lagi, terutama ayah dan ibu karena mereka berdua sudah terbunuh. Aku harus mengeraskan hatiku sekarang.

[Kita akan pergi ke simpang lima, disana kita bisa piknik bersama-sama.]

[Sungguh!? Horee]

Tatapan mata dari Gabriel terasa menusuk tepat di hatiku tetapi aku harus melakukan ini. Tidak peduli jika mereka membenciku lagi, setidaknya sesampainya mereka disana maka aku bisa melindungi mereka dengan seluruh tenagaku. Suatu saat nanti mereka akan mengerti mengapa aku melakukan ini. Mereka masih terlalu muda, masa depan mereka masih panjang

[Begitulah anak-anak, jadi setelah sarapan kemasilah barang-barang yang kalian perlukan, aku akan menunggu kalian di garasi.]

[[[[[Baik]]]]]

Setelah aku mengatakan itu, mereka semua memakan sarapan mereka dengan terburu-buru dan bahkan ada yang sudah tidak sabar dengan langsung pergi meninggalkan sarapannya yang belum habis. Aku pun juga menghabiskan sarapanku dan pergi menuju garasi untuk menyelesaikan sesuatu yang belum sempat aku selesaikan, tapi Gabriel menahan pundakku dan meminta penjelasan mengenai apa yang kukatakan sebelumnya.

[Kita akan pergi dari sini.]

Dengan memberikannya buku harian ayah, aku mengatakan itu. Gabriel dengan sedikit bingung menerima buku itu dan mencoba membaca beberapa halaman tetapi dia mengerutkan alisnya karena tulisan ayah yang sulit dibaca. Walaupun bagiku, tulisan ayah itu lebih baik dari pada tulisanku sendiri jadi aku bisa membaca itu lebih mudah.

[Apa yang tertulis disini?]

[Buka halaman terakhir.]

[Ini...?]

Matanya terbuka lebar setelah melihat itu.

[Itu peta wilayah sekitar tempat ini dan yang bertanda anak panah itu adalah jalur untuk melarikan diri menuju ke pusat pengungsian buatan ayah.]

Gabriel menjadi gemetar memegang buku itu, ya mau bagaimana lagi. Dia tidak bisa membaca buku itu yang tulisannya bagaikan tulisan dokter. Jika aku tidak datang maka entah apa yang akan terjadi dengan mereka. Sungguh kebetulan yang ajaib.

[Yanto, ayo ikut aku.]

[Ok.]

Aku dan Yanto pergi ke garasi setelah itu dan disana aku memodifikasi jaket supaya bisa menjadi armor.

[Wow, jadi kita akan naik ini?]

[Benar, kita akan menggunakan ini untuk pergi pulang, lalu bagaimana dengan keadaanmu?]

Yanto terkejut melihat T*sa yang sudah ku modifikasi.

[Ah, aku masih sedikit pusing tapi tidak apa-apa.]

[Jangan terlalu paksakan dirimu.]

[Kau tak perlu khawatir denganku!]

[Begitu? Baiklah, bisa kau ambilkan ban mobil di belakangmu itu? Aku akan mencari perekat dulu.]

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang