Ch 28. Perasaan yang Terpendam

14 0 0
                                    

Buruk, sangat buruk, aku tidak menyangka kalau Siska akan lepas kendali seperti ini.

[Intan bagaimana keadaannya Andi?]

Dengan menahan perasaan gelisahku, aku bertanya kepada Intan tentang keadaannya Andi.

[Ti-tidak baik, apa yang ku harus kulakukan?]

Intan juga terlihat lebih panik dariku dan tentu saja semua orang juga terlihat panik tapi Intanlah yang terlihat sangat panik daripada yang lain.

Reni hanya terdiam dengan wajah pucat melihat kejadian ini

Kevin menghampiri Andi lalu mencabut belati itu dari dadanya Andi. Andi tidak bergerak sama sekali ketika belati itu di cabut, apa dia pingsan? Apa dia sudah ..... tidak, jangan sampai, kumohon.

[Intan, pakai sihir penyembuhanmu sekarang!]

[Te-te-tentu! 'Heal'!]

Cahaya putih muncul dari tongkatnya Intan lalu menyelimuti tubuhnya Andi terutama di bagian lukanya.

Lalu Kevin mulai memegang pergelangan tangannya dan berteriak.

[Aku tidak bisa merasakan nadinya! Intan, sekali lagi heal cepat!]

Pelaku utamanya, Siska, sedang aku tahan dengan menaruh senjataku di lehernya, membuatnya tidak bisa bergerak, walaupun dia masih meronta-ronta berusaha melepaskan diri dariku.

[Ya, aku berusaha, 'Heal'!]

Intan memakainya sekali lagi dan sekali lagi, cahaya putih mulai menyelimuti Andi lagi dan terlihat luka di dadanya sudah tertutup tanpa bekas.

Setelah cahaya putih itu memudar, Intan langsung terjatuh dan tertidur. Jadi dia masih hanya bisa memakainya 2 kali? Apa levelnya masih kurang? Andi juga belum memberitahu levelnya Intan juga.

[!!? Aku bisa merasakan nadinya! Tapi dia masih tidak bernafas!]

Belati itu menancap di dada, berarti mengenai paru-parunya.

Dan jika paru-parunya terluka, aku harus cepat.

[Haris, tahan Siska sebentar, akan kucoba menolong Andi!]

[Baiklah, kuserahkan padamu!]

Haris lalu mengarahkan tongkatnya ke Siska yang masih terbaring.

[Jika kau bergerak sedikit saja, kepalamu akan terpotong.Ini juga berlaku untukmu Desi.]

Suara yang keluar darinya sangat dingin, lebih dingin dari es, sampai aku merinding mendengarnya.

Aku berlari ke tempat dimana Andi terbaring dan mendorong Kevin menjauh sampai jatuh.

[Apa yang akan kau lakukan Felicia?]

Kevin yang terkejut dan berteriak seperti itu kepadaku tapi tidak kuhiraukan, menolong Andi lebih penting sekarang.

Apa yang akan kulakukan sekarang adalah CPR.

Paru-parunya terluka dan pasti ada darah di sana, darah itulah yang membuat Andi tidak bisa bernafas.

Jadi jika aku mengeluarkan darah itu dari paru-parunya, dia akan sadar.

[Felicia! Jawab ak~~..]

Kevin tidak melanjutkan perkataannya setelah melihat apa yang kulakukan.

Aku sedang memberi Andi nafas buatan dan memompa dadanya.

[Bangunlah Andi! *hafuu]

Denyut nadinya terasa lemah, jika aku tidak melakukan ini pasti jantungnya sudah berhenti berdetak.

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang