Ch 60. Korban Selamat 3

5 2 0
                                    

[Ok, Kalian semua, tetap waspada!]

Setelah mengatakan itu, aku berjalan keluar.

Di luar masih sangat gelap dan hanya cahaya dari senter dan sihir 'Light' milik Intan yang bisa digunakan.

Kami masih punya flare tapi tidak kami gunakan karena aku rasa tanpa itu penerangan kami sudah cukup, lagipula itu bisa digunakan nanti di saat terdesak.

Kami harus menghemat persediaan kami sebisa mungkin karena malam masih panjang.

Berjalan menyusuri jalan dengan langkah cepat, di temani mayat yang berserakan dimana-mana dan bau darah yang amis menusuk hidung kami.

[Ya Tuhan, sebenarnya bencana apa yang bisa menimbulkan situasi seperti ini?]

Sersan Candra bergumam dengan suara yang kecil tapi karena keheningan di sini mau tidak mau kami semua mendengarnya.

[Serigala raksasa yang melakukan ini.]

Wandi pun memberitahunya.

Mendengar kata Serigala raksasa, pria yang kami selamatkan pertama menjadi tegang.

Oh iya, aku belum tahu siapa namanya.

[Serigala raksasa? Aku tidak melihatnya sebelumnya.]

[Kau beruntung, kami bertemu langsung dengannya dan dia sudah membunuh beberapa orang dengan sangat cepat, kami tidak bisa melakukan apa-apa selain lari.]

Disaat Wandi dan Candra mengobrol dengan suara kecil, mungkin aku juga harus berbicara dengan pria itu?

[Hei, siapa namamu?]

Tapi saat aku berbalik, Intan sudah melakukan apa yang ingin kulakukan.

[EH?...a-aku Rio.]

Jadi namanya Rio, kulihat dari wajahnya, dia cukup muda.

[Oh, Aku Intan, senang berkenalan denganmu,Rio.]

[Ah,iya, senang berkenalan denganmu juga.]

[Kau tidak perlu takut lagi Rio, ada kami disini.]

Intan mengatakan itu sambil tersenyum dengan ceria.

Bagaikan bunga matahari di tengah taman bunga mawar, ya walaupun mawar disini kumaksud adalah darah.

[Se-sepertinya begitu...]

Sepertinya kemampuan bersosialisasi milik Intan cukup effektif untuk mengatasi rasa takut Rio(walaupun tidak seluruhnya), memang Intan adalah orang ceria yang secara tidak sadar keceriannya mempengaruhi sekitarnya.

Padahal dulu dia adalah seorang yang sangat pemalu, kalau aku bilang pada teman-temannya kalu dulunya dia sangat pemalu bahkan temannya cuma aku, mereka tidak mungkin percaya.

[Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa disini?]

[Aku disini karena dikirim untuk praktek kerja oleh universitasku.]

[Hee~ kau mahasiswa ya?]

[Bisa dibilang begitu.]

Setelah mendengarkan pembicaraan mereka, kami sampai ke gudang amunisi.

[Sersan Candra, boleh aku berbicara denganmu sebentar?]

[Tentu, ada apa?]

[Bagaimana bagian dalam dari gedung amunisi ini?]

[Hmm... bagian dalamnya sama dengan gudang pada umumnya.]

[Begitu ya? Terima kasih.]

Aku merasa orang yang di dalam berada di tengah-tengah gudang dan... melayang?

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang