Ch 21. Menyerah...... Untuk Sekarang

9 0 0
                                    

Siska berlari kearahku sambil mengarahkan belatinya tepat di dadaku menggunakan kedua tangannya.

Belati itu terlihat gemetar di tangannya, seolah-olah dia menumpahkan semua tenaganya yang tersisa ke kedua tangannya.

Dengan teriakan penuh dengan amarah dan kesedihan dia meluncurkan serangan terakhirnya.

Untuk membunuhku.

Walapun aku menyerang dia dengan menusuk di kaki atau di tubuhnya, dia tidak akan berhenti.

Tidak akan berhenti sampai belati itu menusuk tubuhku dan menembus jantungku.

Tetapi bukan berarti aku harus diam saja menerimanya.

[Kemari!]

[HAAAAAAAAAA]

Menyiapkan kuda-kuda dengan kaki kiri di belakang tubuhku dan kaki kanan di depan dengan sedikit menekuk lalu memiringkan tubuhku.

Aku siap sekarang.

Siska masih berlari, saat sudah dekat dia berusaha menancapkan belatinya ke tubuhku seperti dugaanku sebelumnya dia langsung mengarahkannya tepat di mana jantungku berada.

Maaf tapi tidak kali ini.

[!!?]

Aku memegang tangannya lalu aku memutar tubuhku kekiri sambil menarik tangannya dan membantingnya melalui bahuku.

[GAH~!]

Siska terjatuh dengan punggungnya terlebih dahulu.

Mungkin karena udara yang ada di paru-parunya tiba-tiba keluar sehingga dia bersuara seperti itu.

Walaupun aku sudah membantingnya seperti itu, tangannya masih dengan kuat menggegam belatinya.

Kubalik tubuhnya lalu aku buat tangannya menekuk di punggunnya.

Memisahkan tangannya yang sedang memegang belati cukup sulit, aku harus menekuk jari kelingkingnya dulu supaya bisa melepas tangannya dari belati itu.

[LEPASKAN AKU.]

Siska meronta-ronta berusaha melepaskan diri.

[Maaf aku tidak bisa melakukannya.]

Aku bisa mencoba memukul dagunya dan membuat dia pingsan tetapi tidak kulakukan karena aku tidak yakin dengan cara ini dan aku tidak mau memukul wanita.

Lagipula jika aku melakukan itu dan dia bangun lagi maka keadaannya akan sama saja seperti sebelumnya.

Lebih baik yang harus kulakukan sekarang adalah meminta Siska untuk tidak menyerang lagi, setidaknya untuk sekarang saja.

Apa aku perlu mengancamnya? Tidak, melakukan itu hanya akan dia semakin marah kepadaku.

Disaat aku masih memikirkan hal itu.

[Haah~haah~haah~]

[Berhentilah Desi, kita bisa membicarakan ini dengan damai.]

Desi sudah terlihat jelas sudah kelelahan sedangkan Haris walaupun terlihat lelah tetapi tidak seperti Desi yang sampai terengah-engah.

Akan kucoba membicarakannya baik-baik terlebih dulu.

[Siska, aku tahu kalau kau marah kepadaku karena meninggalkan Ricky didalam sana, tapi aku tidak punya pilihan lain.]


Aku berusaha meyakinkan dia kalau aku tidak punya niat sedikitpun untuk meninggalkan Ricky di sana.

Memang benar kalau aku ingin membalas dendam kepadanya atas semua yang sudah dia lakukan kepadaku, awalnya.

Namun takdir berkata lain, siapa yang mengira kalau boss itu memakai skill yang membuat sebagian dari kami menjadi tidak bisa bergerak.

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang