Ch 97. Menunggu

12 2 0
                                    

[Kevin, kapan kau akan kembali? Aku tidak tahu harus berbuat apa dengan orang ini!?]

Gabriel sedang menjerit sendirian di dalam ruangan sebelah ruang bermain yang bukan lain adalah kamarnya sendiri.

Disana dia sedang merawat Yanto yang sebelumnya pingsan saat bertemu dengannya di lorong.

Untuk anak-anak yang lain, mereka sudah tertidur di ruang bermain, untuk menghemat lilin yang tersisa.

Tak, tak, suara detik jam dinding bersuara tiap detik mengingatkan Gabriel dengan sudah berapa lama Kevin pergi.

[Sudah lebih 3 jam Kevin pergi, hari sudah semakin larut dan belum ada tanda-tanda dari Kevin maupun ayah dan ibu kembali.]

Perasaan gelisah mulai menyelimuti hati Gabriel, awalnya Gabriel sudah menyerah untuk memikirkan Kevin, tidak, semua saudaranya yang tidak kembali ke rumah semenjak kejadian itu.

Lagipula, peristiwa itu sudah berlalu lebih dari seminggu yang lalu, Gabriel mungkin sudah berfikir kalau mereka semua sudah terbunuh seperti berita di televisi beberapa hari setelah kejadian sampai akhirnya listrik padam.

Tapi, akhirnya dia bertemu kembali dengan Kevin, yang dia sudah menyerah dan sudah dianggap tidak akan kembali. Hal itu tentu saja memberi harapan kepada Gabriel, mungkin saudaranya yang lain juga akan kembali lagi. Dia mulai berharap, tetapi Kevin pergi lagi padahal dia sudah berjanji kepada Gabriel, untuk tidak lagi meninggalkannya.

Gabriel hanya bisa menghela nafas dan melamun khawatir dengan keberadaan Kevin dan keluarganya.

........

Orang tua (angkat) Gabriel mulai mengumpulkan bahan makanan dan kebutuhan lainnya sesaat hari peristiwa itu terjadi, awalnya mereka berdua berkeliling dan berusaha membeli atau membarter persediaan dengan tetangga.

Lalu, setelah kemunculan monster-monster itu di dalam kota, membuat hampir seluruh orang di pekarangan memutuskan untuk mengungsi dan melarikan diri.

Tidak ada yang tahu mereka kemana.

Gabriel membantu ayahnya untuk memblokir semua pintu masuk kedalam rumah supaya memastikan tidak ada monster yang masuk dan melakukan hal-hal yang tidak dinginkan kepada anak-anak disini.

Walaupun awalnya sang ayah (Panji) tidak percaya mengenai keberadaan dan kemunculan monster.

Tapi setelah dia melihat anak asuhnya yang hampir diserang oleh monster di halaman belakang, dia menjadi percaya dan membuat strategi baru.

Panji mulai memikirkan cara untuk menyelamatkan semua anak asuhnya. Sayangnya, dia sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Tetapi, Panji juga cukup pintar, sebelum dia pergi pagi tadi, dia sempat menitipkan buku kepada Gabriel.

[Ayah, apa maksudnya dari buku ini? Tulisannya tidak bisa kubaca sama sekali....]

Hanya saja, tulisan Panji sangatlah buruk.

Tetapi, ada satu yang bisa dibaca, itu adalah peta di halam terakhir buku.

Peta itu menunjukan sebuah arah dari tempat ini menuju tempat lain dan beberapa catatan kecil mengenai beberapa tempat yang tentu saja tulisannya tidak terbaca jadi Gabriel tidak tahu maksud dari tanda-tanda itu.

......

*clank~, clank

Suara logam yang saling berbenturan terdengar di dalam gang kecil yang gelap.

[Gya, gya!]

Kuh, tidak kusangka mereka akan menyergapku disini, kurasa memilih jalan tercepat untuk kembali itu adalah kesalahan yang buruk.

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang