Ch 29. Party Sementara

15 1 0
                                    

[Ini baru pertama kalinya aku melihat Andi sampai seperti itu.]

Andi mengeluarkan semua apa yang ada di pikirannya, bahkan aku terkejut mendengarkan itu.

[Felicia, apa kau baik-baik saja? Wajahmu pucat sekali.]

[Aku tidak apa-apa, hanya sedikit terkejut mendengar apa yang Andi katakan. Bagaimana denganmu sendiri Reni? Wajahmu juga terlihat mengerikan.]

Tubuhku tidak apa-apa hanya sedikit kelelahan tetapi melihat kondisi Reni, tidak bisa di bandingkan.

Wajahnya pucat seperti semua darah yang ada di wajahnya menghilang, justru aku yang jadi khawatir dengan keadaannya sekarang.

[T-tak perlu hiraukan aku, aku baik-baik saja kok. Lagipula aku lebih khawatir dengan Kevin.]

Kevin, pelaku utama dari kejadian ini, dia marah terhadap Andi tanpa mengetahui perasaannya bagaimana, sehingga membuat Andi bercerita semuanya, dari kematiannya Imam sampai keinginannya untuk bisa keluar dari tempat ini, termasuk kondisi tubuhnya Imam saat kematiannya.

Dan Kevin sekarang ini, sedang berlutut ditanah membentuk tulisan orz sambil bergerutu sesuatu.

[Kevin, ayo bangunlah, kita bicarakan sama-sama.]

Haris berusaha menghibur Kevin yang sudah seperti itu setelah Andi tertidur lagi, mungkin sekitar 1 jam yang lalu?

Dan Haris tetap mengawasi gerak-gerik Desi dan Siska disaat yang bersamaan, tangan kanannya menggenggam tongkatnya dengan erat, siap melontarkan sihir kapanpun jika terjadi sesuatu.

[Jadi, bagaimana sekarang?]

Aku ingin memastikan bagaimana pemikiran mereka mengenai apa yang harus dilakukan setelah ini. Akan ku-usahakan supaya tidak terjadi keretakan lebih dari ini, jika itu terjadi dan membuat kami berjalan terpisah-pisah hanya akan membuat kemungkinan kami selamat dari sini menjadi lebih kecil.

[Bagaimana ya... menurutmu Reni, bagaimana?]

Kevin malah melempar pertanyaanku ke Reni.

[Ehh? Bagaimana maksudnya?]

Mereka hanya saling menengok dan melempar pertanyaan yang sama, jika seperti ini terus kapan selesainya?

[Aku ingin pulang, adik-adikku sedang menunggu di rumah.]

Haris mengatakan itu dengan nada yang sangat kuat sampai tekanan suaranya membuat kami langsung menengok ke arahnya.

[Kalau tidak salah, adik-adikmu itu yang di panti asuhan kan?]

[Ya, memang, walaupun aku sudah tidak tinggal disana tapi aku sering kesana menemui mereka, karena itulah aku mau keluar dari sini, pergi ke tempat mereka dan memastikan keadaan mereka.]

Haris adalah anak yatim piatu dari dulu dan tinggal di panti asuhan sampai dia lulus smp, aku tahu ini karena dia sendiri yang bercerita dulu saat perkenalan diri di awal semester. Aku tidak tahu cerita lengkapnya dan tidak ada yang mau membahasnya karena memikirkan perasaannya Haris. Karena itulah, setidaknya di kelas kami, ada peraturan tidak tertulis dimana kami tidak boleh membicarakan soal sesuatu tentang masa lalu atau orang tuanya.

[Aku juga sama, aku ingin pulang, aku ingin mandi dan tidur di kasurku lagi, bukan di tanah keras seperti ini!]

[Aku juga, pudingku di rumah masih belum kumakan.]

Kami semua tertawa mendengar apa yang di katakan Reni.

[Pfft, ahahaha, di situasi seperti ini kau masih memikirkan makanan, bagaimana dengan orang tuamu?]

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang