Ch 39. Keluar

10 2 0
                                    

[Jadi, bagaimana keadaannya?]

Kevin bertanya kepadaku mengenai keadaan dari Andi.

[Kepalanya masih panas dan tubuhnya masih dingin dan dia sedang tidur sekarang.]

Aku menjawab dengan jawaban seadanya, melihat wajahnya Andi yang sedang seperti ini membuat dadaku sakit dan air mataku terus-menerus menetes semenjak tadi.

.

[Hei, Ada apa dengan Andi?]

[Haris, apa yang harus kulakukan?]

[Tunggu, sebenarnya ada apa?]

[Andi...Andi~]

[Dia sakit dan kami tidak tahu dia sakit apa.]

Sebelum aku bisa menyelesaikan kata-kataku, Kevin menyela.

[Sakit? Apa maksudmu?]

[Aku tidak tahu, tadi dari mata,mulut dan lubang hidungnya mengeluarkan darah.]

[Be-benarkah? Bagaimana kejalanya?]

[Tubuhnya sedingin es dan kepalanya sangat panas, ini pertama kalinya aku melihat sesuatu seperti ini.]

[Apa ada yang bisa kita lakukan?]

Haris dengan wajah yang terlihat khawatir menanyakan hal yang sama dengan yang aku tanyakan sebelumnya, aku juga tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang.

[Untuk sementara, aku menggunakan jaket punyaku untuk menyelimutinya, walaupun dia sudah memakai jaket tapi tubuhnya tetap terasa dingin.]

[Kalau begitu, pakai saja anak panah milikku yang tersisa untuk dipakai membuat api unggun.]

Haris memberi saran yang cukup bagus, tapi aku merasa tidak enak kepadanya.

[Haris, apa kau tidak apa? Itukan milikmu, berbeda dengan menggunakan itu sebagai penyangga, kali ini kita akan membakarnya, jadi anak panahmu tidak akan bisa dipakai lagi.]

[Tidak masalah, lagi pula aku tidak bisa menggunakannya karena aku bukanlah seorang pemanah.]

Kevin mencoba memberitahu Haris untuk mengurunkan niatnya tapi tidak berhasil.

[Jika seperti itu, baiklah akan kugunakan anak panah mu.]

Dengan begitu, Kevin mengambil anak panah milik Haris yang tersisa untuk kemudian di jadikan api unggun, tapi ada sesuatu yang mengganjal.

[Aku mau tanya.]

Aku mengatakan itu sambil menatap mereka berdua dan menaruh tanganku di keningnya Andi, masih terasa sangat panas.

[Iya? Kau mau bertanya apa?]

[Siapa yang akan membuat apinya?]

[[ahh....]]

Dilihat dari reaksi mereka berdua, aku yakin mereka lupa kalau Andi lah yang selalu membuat api unggun.

[Ko-korek api, apa ada yang membawa korek api?]

[Se-seingatku ada di tasnya Imam yang di bawa Andi, korek api gas!]

[Itu percuma, api dari korek api gas itu tidak bisa dipakai untuk membakar.]

Aku tahu itu karena Andi menunjukannya kepadaku.

[Apa maksudmu, Intan?]

[Coba saja, nanti kau akan mengerti.]

Mereka berdua menatapku dengan sedikit mengerutkan alis, sepertinya mereka tidak percaya denganku, tidak apa-apa, awalnya aku juga tidak percaya seperti mereka.

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang