Ch 32. Ape Cave Sentinel 2

13 2 0
                                    

[Enak saja aku akan terkena jebakan yang sama dua kali seperti ini!]

Seperti yang kulakukan sebelumnya, tinggal kutancapkan anak panahku ke tembok lalu memanjat keatas lagi.

Tetapi tidak semudah itu, lubang jebakan ini cukup lebar sehingga tanganku tidak mencapai dinding lubang jebakan ini sehingga aku turun kebawah, cukup dalam sampai akhirnya anak panahku berhasil menancap dan membuatku berhenti terjatuh.

[Pew~~ untung saja aku terjatuh saat sedang berlari.]

Walaupun telingaku masih berdengung dan terasa sangat gatal dan sakit tapi aku tidak menghiraukannya.

[Aku harus cepat, mereka menungguku.]

Lupakan memanjat dengan pelan-pelan, aku akan memanjat dengan sangat cepat keatas dan membuat pak tua botak yang pemarah iri dengan kecepatan memanjatku.

Untuk itu, aku akan melompat menggunakan keduda tanganku, ini pertama kalinya aku melakukannya kuharap aku bisa.

[satu, dua~hap!]

Menggunakan gaya dorong dari tanganku, aku mendorong tubuhku keatas tidak lupa mencabut kedua anak panahku lalu menancapkannya lagi sesaat gaya dorongnya habis dan aku kembali jatuh.

[Wooaa~]

Aku melompat setinggi 2 meter! Ada apa ini? Ini lebih tinggi dari dugaanku!

Kupikir tinggi lompatanku tidak sampai setengah meter dengan seluruh tenaga tapi ini kejutan yang bagus.

Aku menengok keatas dan terlihat mulut lubangnya, mungkin berjarak sekitar 30 meter.

[Aku mulai!!]

[Haap~]

Lompatan pertama!

[Haap~]

Lompatan kedua!

[Haap~]

Lompatan ketiga!

.

.

.

[Haap~]

Haaah~haaah~haah lompatan ke dua belas! Tanganku terasa pegal dan aku menjadi lelah sekali.

Aku ingin sekali beristirahat sebentar tapi aku tidak punya waktu untuk itu, aku harus cepat, 3 lompatan lagi!

[Urggh~]

Tiga belas!

Tiba-tiba tubuhku merasakan dingin dan merinding, firasatku tidak enak.

[Urggh~]

Empat belas!

Sekali lagi!

[Lima belas.]

Anak panahku sudah menancap di tepi mulut, yang perlu kulakukan sekarang tinggal menarik tubuhku keluar dari lubang ini.

Apa yang kulihat adalah pemandangan yang tidak akan kulupakan.

Kevin ditendang tepat di tubuhnya, melontarkan tubuhnya menjauh, aku bisa melihat dia memuntahkan darah sebelum akhirnya membentur tembok.

Sedangkan Reni, dia tertinju dan terlontar kearah berlawanan dari Kevin lalu membentur tembok dan memuntahkan darah juga.

Sedangkan yang lain kebanyakan tidak sadarkan diri di mana-mana, Haris yang terkapar dengan wajahnya penuh dengan darah dan puing-puing, Siska yang terbaring dengan tangan kanannya menekuk ke arah yang tidak seharusnya, Felicia yang bersandar di tembok dengan rambut menutupi wajahnya, Desi tengkurap dengan luka besar seperti bekas cakaran di punggungnya.

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang