Ch 36. Pembagian Barang dan Buku Baru

8 2 0
                                    

Setelah mendengarkan ceramahnya Felicia selama beberapa menit, aku meminta maaf sekali lagi dan teman-temanku semuanya memaafkanku.

[Jangan khawatir, kami semua memaafkanmu kok, seperti yang Kevin bilang, kami juga setuju dengan rencana itu yang berarti kami siap menerima semua resiko yang akan terjadi, karena itulah jangan menyalahkan dirimu sendiri.]

Haris mengatakan itu kepadaku.

[Seharusnya kami berterima kasih karena kau berhasil mengalahkan monyet itu, jika kau tidak mengalahkannya pasti kami semua sudah mati sekarang.]

Felicia menutup ceramahnya dengan kata-kata itu sebelumnya, tapi aku tidak terlalu setuju, kondisi monyet itu saat bertarung denganku sudah terluka cukup parah jadi bisa dibilang kalau aku hanya mengambil "sisa"nya saja.

[Baik sudah cukup membahas soal ini, benda-benda ini akan kubagikan sekarang sesuai pemiliknya.]

Intan dengan semangat membawa dan membagikan benda-benda itu.

Benda yang di dapatkan Kevin di puing-puing tanah itu adalah sepasang sepatu dan pedang yang berbentuk sama persis dengan pedangnya Reni sekarang, yang berbeda hanya pada bilahnya, pedang yang awal memiliki dua mata pisau sedangkan yang ini hanya memiliki satu mata pisau.

[Baik-baik, sudah cukup bicaranya, sekarang Kevin, apa yang akan kita lakukan.]

Reni dengan keadaan di gendong oleh Intan menanyakan itu.

Untuk beberapa alasan, Intan tersenyum sangat lebar dan hampir meneteskan liurnya, kau ini seorang gadis, bersikaplah seperti seorang gadis, ya ampun.

[Kalian semua pasti tahu tentang pintu itu, apa ada yang sudah membukanya?]

Kevin menunjuk pintu kayu itu, pintu itu berwarna coklat tua yang warnanya hampir sama dengan dinding tapi jika dilihat dengan sedikit lebih teliti maka akan terlihat jelas perbedaannya dan anehnya sekali mengetahui pintu itu, secara misterius pintu itu akan terlihat seperti mengeluarkan cahaya tetapi saat didekati, tidak ada cahaya sedikitpun yang keluar.

Sungguh misterius, rasanya seperti melihat cahaya bintang di malam hari.

Lupakan soal itu, kembali ketopik awal, mereka jelas belum sempat membuka pintu itu karena mereka baru saja mendapat pengobatan. Saat ini saja mereka masih terlihat kelelahan.

[Aku merasa kalau pintu itu adalah pintu untuk keluar dari tempat ini.]

Gleg, suara mereka semua menelan dari tenggorokan mereka terdengar secara bersamaan setelah Kevin mengatakan itu, kecuali aku, karena aku sudah berasumsi itu sejak beberapa jam yang lalu.

[Kita mungkin bisa pulang setelah melewati pintu itu.]

Suara tawa,tangis bahagia dan teriakan terdengar dari mulut mereka. Jujur aku tidak merasa sebahagia mereka, karena kami semua masih belum tahu apa yang ada di balik pintu itu, apakah jalan keluar menuju kebebasan atau jalan buntu menuju kemusnahan.

Jadi aku harus selalu waspada dengan apa yang akan terjadi, kan tempat ini adalah "Dungeon".

[Tapi sebelum kita pergi ke sisi lain dari pintu itu, aku ingin kita semua beristirahat sejenak, Reni dan Felicia tidak bisa berjalan karena kakinya patah, siku kanannya Siska juga belum sembuh dan Haris wajahmu sangat pucat seperti mayat kau tahu.]

Oops sepertinya aku terlalu dalam berfikir sampai aku tidak terlalu mendengarkan apa yang Kevin katakan, fokus-fokus.

[Intan, sekarang jam berapa?]

[Ahh, tunggu sebentar..... sekarang jam 9 pagi.]

Sudah sesiang itu? Tidak terasa kami melawan boss itu lebih dari 3 jam.

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang