Ch 72. Vs Alpha Dire Wolf

10 2 1
                                    

[Maafkan aku, aku tidak punya pilihan lain.]

Aku berjalan ke utara, menuju ke arah serigala raksasa itu.

Tangan kananku yang terluka tidak kuminta Intan untuk menyembuhkannya karena aku takut jika cahaya dari sihir itu akan mengundang ancaman yang tidak perlu.

Di tambah lagi jika Intan melihatku terluka hanya akan membuatnya menjadi lebih khawatir dari sebelumnya.

Saat aku datang dan melihat lewat jendela itu, aku melihat Intan sangat gelisah jadi aku memutuskan untuk pergi secepat mungkin setelah urusanku selesai.

Ya walaupun tangan kananku terluka bukan berarti aku tidak bisa bertarung.

Tangan kiri, kedua kaki dan mulutku masih bisa digunakan.

Yang perlu aku lakuka sekarang tidak berubah, aku hanya perlu mengulur waktu selama yang aku bisa menahan serigala raksasa itu.

Yang berbeda hanyalah aku tidak akan kembali.

Aku sudah mengatakan kepada pak tua George kalau aku tidak akan selamat dari ini jadi aku bilang padanya untuk tidak perlu menungguku dan langsung pergi dari sini.

Aku merasa bersalah kepada Intan tapi tidak ada cara lain.

[haaah~ ini akhirnya.]

Rencanaku kali ini adalah memancing serigala raksasa keluar dari tempat ini dan lalu memancingnya kembali kedalam melalui tembok tinggi itu sebagai tempat pertahanannku.

Walaupun aku penasaran apakah tembok itu bisa menahan serangan dari serigala raksasa itu atau tidak, aku tidak akan tahu sebelum mencoba.

Tidak ada geranat kejut, tidak ada C-4 dan tidak bisa menggunakan busurku, tanpa persiapan sama sekali dan aku harus melawan bos monster sendirian.

Jelas saja aku menghela nafas melihat nasibku seperti ini.

Bagaimanapun aku melihatnya, yang ada di depanku sekarang hanyalah jalan menuju kematian.

Baiklah, sudah cukup basa-basi nya.

Aku membuat anak panah lalu melemparkannya ke arah serigala raksasa di depanku.

Mata merah darah menyalanya lalu muncul menatapku.

[Yo, merindukanku?]

*grrrr~

Provokasiku di balas dengan geraman dari nya.

Anak panah yang kulemparkan itu menancap di kaki depannya, bagus setidaknya itu akan mengurangi kelincahannya.

[Sekarang apa? kau mau jalan-jalan?]

Aku memancingnya dengan mengatakan itu sambil mengarahkan anak panah kearahnya.

Dan langsung saja dia melesat kearahku yang kuhindari dengan melompat ke samping dan melempar anak panah ke lehernya.

Astaga gerakannya cepat sekali, tubuhku langsung berkeringat dingin melihat gerakan itu.

Dengan gerakan seperti itu, akan sulit bagiku untuk terus-menerus menghindar.

[Aku harus cepat-cepat ke tembok.]

Dengan melompat ke belakang dan sesekali berbelok-belok untuk menghindari serangan serigala raksasa itu, aku perlahan menuju ke tembok beton yang mengelilingi tempat ini.

Kecepatan serigala raksasa itu memang di luar perhitungan tapi untuk sekarang rencanaku berhasil.

Sekarang, berapa lama aku bisa bertahan disini? Aku penasaran.

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang