Ch 47. Pak Agus Beserta Bokongnya

11 2 0
                                    

[Uhmm, siapa dia?]

Aku mengatakan itu dengan keringat dingin berkucur di punggungku.

Siapa yang menduga kalau gundukan tanah itu berisi orang?

[Aku masih tidak tahu apa yang terjadi, tapi untuk sekarang... aku minta maaf?]

Pak Jordy masih merawat Agus.

Agus adalah nama dari orang yang ku panah bokongnya.

Sekarang sudah 30 menit semenjak aku memanah bokongnya Agus dan sekarang sedang menjalani perawatan.

Karena Intan masih belum sadar jadi untuk sementara anak panah itu masih menancap di bokongnya.

Tadi sempat ada debat untuk segera di obati, sayangnya tim yang dipimpin pak Agus hanya memiliki satu orang petugas medis dan itu pak Agus sendiri.

Pertolongan awalnya yaitu harus dicabut anak panahnya lalu di hentikan pendarahannya dan akhirnya di sterilkan dan jahit lukanya.

Lalu aku bilang kalau Intan bisa menyembuhkan lukanya dalam sekejap.

Awalnya mereka tidak percaya lalu setelah aku jelaskan dan meminta Haris menggunakan sihirnya barulah mereka percaya.

Tapi setelah ditunggu 30 menit Intan masih belum bangun.

Dan sampailah kita di situasi saat ini, kami semua kembali ke gua untuk berlindung dan bersembunyi.

[Aku sungguh minta maaf karena memanahmu.]

[Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu, yang lebih penting kapan temanmu yang bisa sihir ajaib itu bangun?]

[Aku juga tidak tahu, aku sudah memeriksanya dan dia tidak memiliki luka memar ataupun pendarahan dalam di kepalanya sesuai dengan interuksimu.]

Dia memintaku melakukan beberapa prosedur seperti menyenteri matanya, memeriksa denyut nadi dan lain-lain lalu di simpulkan kalau Intan Cuma pingsan dan seharusnya dia akan sadar tidak lama lagi.

Dan itu sudah 25 menit yang lalu.

[Aku masih tidak percaya ketika aku pertama kali melihatnya, sihir itu.]

[Banyak yang terjadi di dalam sana dan akhirnya kami menjadi seperti ini.]

Dengan keadaan bokongnya sedang di balut perban dan tengkurap, pak Agus mengajak berbicara.

[Yang membuatku tidak percaya lagi adalah ketika aku memeriksa keadaan kalian satu-persatu, patah tulang di tangan dan kaki, patah tulang rusuk, tumit lebam, tulang kering remuk, hampir kalian semua pucat karena kekurangan darah... sungguh sebenarnya apa yang terjadi?]

Mendengar dia bertanya hal itu, membuatku mengingat semua yang terjadi 3 hari ini.

Mengingat Imam dan Ricky terbunuh disana, mengingat kegagalanku sebagai pemimpin, perjuanganku supaya tetap hidup, semuanya.

[Maaf, tapi aku tidak ingin membicarakannya.]

[Begitu? Tak apa, aku tidak memaksa, melihat semua luka di tubuh kalian, aku tidak bisa membayangkan apa yang kalian hadapi didalam sana, ya walaupun luka di bagian luar tubuhnya menghilang, aku yakin pasti Intan yang mengobati kalian dengan sihirnya.]

[Kau percaya?]

[Awalnya aku pikir kalian sedang mengalami shock dan trauma yang membuat kalian berfikir aneh atau semacamnya tapi setelah melihat temanmu Haris dan melihat kondisi tubuh kalian, membuatku percaya.]

Syukurlah kalau begitu, tunggu sebentar.

[Kondisi tubuh kami?]

[Aku sudah bilangkan? Hampir kalian semua berwajah pucat dan kekurangan darah tapi anehnya tidak ada luka di tubuh kalian, tidak ada bekas luka juga, jadi aku simpulkan kalau temanmu Intan memang bisa menggunakan sihir itu, karena itulah aku sengaja membiarkan bokongku tetap terluka sehingga aku bisa melihat dengan mataku sendiri sihir itu.]

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang