Ch 89. Pidato Perlawanan

9 2 0
                                    

Angela mengumpulkan semua anggota militer yang bekas dipimpin oleh Sutrejo di aula besar tempat dimana aku hampir di tangkap sebelumnya.

Di tengah-tengah aula itu masih ada lantai yang hancur karena ledakan sebelumnya, ya bagaimana lagi.

Belum ada beberapa jam semenjak kejadian itu, ditambah lagi bom yang meledak di tubuhku waktu itu hanyalah bom kecil yang daya ledaknya tidak terlalu besar (setara dengan geranat).

Kita bisa lupakan itu, yang penting sekarang adalah jumlah orang yang ada disini.

Angela bilang dia mengumpulkan setengah dari semua yang ada tapi..... persaanku saja atau memang aula ini terasa sempit dengan banyaknya orang disini?

[Angela, berapa banyak orang disini?]

Untuk memastikan, aku tanyakan Angela.

[Ada 324 orang.]

...... uhh... dilihat dari manapun, jumlah orang yang ada dihadapanku melebihi jumlah itu..... tapi aku tidak berani mengatakannya, jadi Angela berhenti tersenyum sambil memejamkan matamu kearahku, ngeri kau tahu?

Ya sudahlah, semakin banyak semakin baik.

Ah, Angela bahkan sudah menyiapkan mic pengeras suara, dan juga mimbar, dan juga catatan pidato...

.......

Angela, bukankah kau terlalu bersemangat?

Lagipula apa-apaan dengan catatan pidato ini?

Kau mau aku membaca ini?

Tapi yang kau tulis disini sangat memalukan jika kubaca!!

[Aku tidak akan membacanya! Lagipula aku sudah tahu apa yang ingin kukatakan kepada mereka, jadi berhenti menyelipkan kertas itu kebajuku!]

Haaah~~ Setidaknya teman-temanku sedang menunggu di belakang jadi aku tidak terlalu merasa gugup.

[Nona Angela, bisakah kau menurunkanku?]

[Tapi anda perlu menjangkau mic nya.]

[Kau hanya perlu menurunkan mic nya saja dan tidak perlu menggendongku!]

[Tapi mimbarnya....]

[Itu juga tidak perlu!]

Dan jangan cemberut!

Ya ampun.

..........

Tidak lama kemudian, aku mulai membunyikan mic nya untuk mengalihkan perhatian mereka kepadaku.

[Kalian semua, apa kalian tahu situasi yang kita hadapi saat ini?]

[Kita semua tahu, 1 minggu yang lalu, dunia yang kita kenal telah hancur.]

Tujuanku sekarang adalah menyadarkan mereka kalau umat manusia sedang dalam bahaya.

[Kalian pasti masih ingat ketika suara yang masuk kedalam kepala kalian, suara itu adalah awal dari segalanya.]

Suara dari Dewa sialan itu, aku tidak begitu mengingatnya karena semua kejadian yang terjadi bersamaan dengan suara itu tapi aku ingat garis besarnya.

[Suara itu menginginkan kemusnahan kita, suara itu yang mengatakan kalau itu adalah suara dari Dewa menyuruh kita untuk mati!]

Itu benar, Dewa itu memang menginginkan kehancuran umat manusia, tetapi tidak hanya itu.

Dia ingin kita, semua umat manusia untuk berjuang dan 'berdansa' untuk menyenangkan-Nya.

[Tapi, suara itu juga memerintahkan kita untuk berjuang, Dewa itu meminta kita untuk berjuang melawan semua makhluk aneh yang tiba-tiba muncul ini, kalian seharusnya sudah tahu kalau makhluk-makhluk itu adalah kiriman dari Dewa itu untuk menghancurkan kita.]

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang