Ch 59. Korban Selamat 2

8 1 0
                                    

Kami berlima keluar dari gedung itu, tentu saja aku tidak lupa mengambil kode frekuensi milik pak Agus di ruangannya, daftar itu berada di atas meja kerjanya jadi mempersingkat waktu untuk mencarinya.

Sayangnya, aku sudah mencoba beberapa dari kode sinyal itu menggunakan radio milik Yanto tetapi tidak ada hasil, hanya suara statis saja yang terdengar dari radio itu.

[Andi, kemana lagi kita harus pergi?]

Wandi bertanya sambil mengawasi sekitar gedung kesehatan dengan senter kecil yang dia temukan di ruangan dokter gigi.

Yanto masih berusaha memberi bantuan mental kepada pria yang kami selamatkan itu dan Intan berdiri di belakangku terdiam karena dia tidak tahu harus melakukan apa.

[Kita akan ke ruang komando, ada satu orang disana.]

[Baiklah, kau tahu jalannya kan?]

[Tentu saja, pak Agus sudah menjelaskannya kepadaku.]

[Pak Agus... kalau aku boleh tahu, bagaimana pak Agus terbunuh?]

[.... jujur aku tidak mau membicarakannya.]

[Ahh, maaf, aku hanya penasaran saja, jika kau tidak mau ya sudahlah.]

Walaupun dia bertanya kepadaku, aku tidak tahu harus bilang apa karena aku juga tidak tahu saat-saat terakhirnya, yang jelas pak Agus terbunuh oleh serigala sialan itu.

Tidak lama kemudian, kami sampai ke ruang komando, gedung ini bisa dibilang cukup besar, dan di bagian depan adalah ruangan yang cukup terbuka seperti sebuah teras, seperti bangunan balai desa yang biasa digunakan untuk tempat pertemuan.

Lalu, orang yang selamat didalam berada di pojok belakang gedung.

[Dia ada di toilet belakang sebelah kanan, ayo kesana.]

Di dalam gedung ini, sama seperti yang lain dengan banyak mayat berserakan dan bahkan ada beberapa mayat serigala disini.

[Ah..]

Wandi tiba-tiba terhenti setelah melihat salah satu mayat yang ada di tengah ruangan.

[Ada apa? Kau kenal dia?]

[Iya, dia komandan Faiz, pemimpin tempat ini dan orang yang memberi kami perintah untuk pergi menyelamatkan kalian.]

[Hoo...]

Kulihat dari kondisi mayatnya, bisa dibilang, dia bertarung sampai titik darah penghabisan, bukan secara kiasan tetapi benar-benar titik darah penghabisan.

Di sekelilingnya terdapat 5 mayat serigala yang masing-masing memiliki kondisi tubuh yang berbeda seperti yang matanya tercongkel keluar, lidahnya tertarik sampai putus, mulutnya sobek mungkin karena rahang atas dan bawah dibuka terlalu lebar, kepalanya memutar kebelakang dalam keadaan di kunci lehernya oleh beliau.

Sedangkan beliau sendiri, memiliki luka sayatan dan gigitan dimana-mana bahkan tidak sedikit yang dagingnya tercongkel keluar.

[Dia pasti orang yang hebat.]

Melihat kondisi mayat beliau membuatku menjadi menghormatinya dan mengkaguminya.

Bayangkan saja, dia membunuh 5 serigala monster itu sendirian dan dengan tangan kosong.

Walaupun aku dengan kekuatanku ini tidak yakin bisa bertarung melawan 5 sekaligus dengan tangan kosong.

[Sangat, walaupun dia sangat ketat orangnya tetapi dia juga sangat baik hati.]

[Akan kubantu merapikan mayatnya, tapi nanti setelah kita mengamankan korban selamat itu.]

[Baiklah, ayo cepat.]

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang