Ch 94. Di Panti Asuhan

8 1 0
                                    

[Si—]

[Si?]

[SIAPA YANG KAU BIlANG GALAK?]

[!?]

Gabriel menendang perutku, tetapi untungnya aku tidak terlalu merasakan sakit. Aku hanya sedikit menggeram karena terkejut saja.

[Oi apa yang kau lakukan!?]

[Diam!! Aku tidak mau mendengar itu darimu! Lagipula dari mana saja kau!! Sudah hampir seminggu lebih kau menghilang! Apa kau tidak tahu seberapa khawatirnya ayah dan ibu memikirkanmu!??]

[Urgh, walaupun kau mengatakan itu, tetap saja aku tidak ada pilihan lain kau tahu!? Apa kau tahu situasi diluar seperti apa?]

[Tentu saja aku tahu! Ayah dan aku sudah mengawasi situasi diluar kau tahu? Aku yang memblokade jendela dan pintu itu! Membuat makhluk hijau itu tidak bisa masuk kesini!]

Ah, jadi itu alasan mengapa hampir semua jendela tertutup papan dan Wandi bisa menemukan peralatan itu dengan cepat.

[Lalu, apakah kau juga yang memodifikasi kunci dari pintu gerbang itu?]

[Itu bukan aku tapi ayah, ayah melarangku untuk keluar dari gedung.]

[Kalau begitu dimana ayah dan ibu? Aku tidak melihatnya dimana-mana.]

[Itu...]

Wajah dari Gabriel menggelap dan aku bisa merasakan ada sesuatu yang salah.]

[Gabriel, dimana mereka?]

Jantungku berdetak sangat cepat karena membayangkan situasi terburuk.

[...Jangan disini, terlalu banyak anak-anak.]

[???]

Ana memiringkan kepalanya kesamping, dia imut seperti biasa.

[Ana, tolong tunggu kakak di dalam ya, kakak mau mengobrol sebentar dengan kakak Gabriel]

[Iya Ana, jangan nakal atau akan kumarahi lagi nanti.]

[U-Un! Ana janji tidak akan nakal!!]

[Anak baik, tunggu sebentar ya.]

Setelah itu, aku dan Gabriel berjalan menjemput Wandi, Gabriel merasa curiga karena aku menuntunnya ke lantai dua tetapi setelah dia melihat Wandi yang tertidur, dia memintaku untuk menjelaskan situasinya.

[Gabriel, dimana ayah dan ibu?]

Sebelum aku menjelaskan situasiku, aku harus menanyakan ini dulu karena hal ini sangat penting.

Tentu saja sambil membangunkan Wandi dan menuntunnya ke kamar terdekat.

Karena matahari baru saja terbenam jadi masih ada sedikit cahaya yang masuk jadi kami tidak terlalu kesulitan melihat.

[Mereka berdua pergi untuk mencari makanan sejak tadi pagi....]

[....Apa mereka bilang kearah mana mereka akan pergi?]

[Tidak, mereka hanya bilang kalau akan kembali sebelum sore tapi matahari sudah tenggelam dan mereka belum pulang juga.]

[Lalu bagaimana dengan yang lainnya? Aku hanya melihat adik-adik kecil saja.]

Ah yang kumaksud adalah anak-anak yang usianya hampir setara denganku, aku tidak melihat mereka dimanapun.

[Mereka menghilang sejak hari itu, seperti dirimu Kevin, saat itu adalah hari minggu jadi mereka semua entah bekerja paruh waktu atau sedang berpergian, yang jelas mereka semua menghilang dan hanya menyisahkan aku saja disini karena jadwal untuk menjaga anak-anak waktu itu adalah giliranku.]

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang