Ch 48. 3 Hari Yang Lalu. Ver : Agus

9 2 0
                                    

[Ahh Intan, kau datang di saat yang tepat! Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?]

Untung Intan datang tepat waktu sesaat aku selesai dengan urusan itu, jadi aku tidak perlu mengatakan apa yang baru saja kulakukan.

[Kepalaku masih sakit dan pusing tapi selain itu aku tidak apa-apa.]

[Syukurlah kalau begitu, jadi apa kau sudah mendengar apa yang terjadi?]

[Belum, sama sekali belum, mereka bilang Siska dan Desi pergi meninggalkan kita dan aku juga tidak tahu siapa orang-orang ini jadi aku datang kesini untuk bertanya langsung dengan mu.]

[Baiklah, jadi begini –

Aku lalu menceritakan semua yang terjadi kepadanya secara ringkas, dimulai sesaat dia tidak sadarkan diri karena di pukul Desi sampai para tentara ini datang.

Tentu saja aku tidak menceritakan ketika aku secara tidak sengaja memanah bokongnya pak Agus, tidak ada untungnya menceritakan itu.

[Begitu rupanya ya.... aku tidak percaya kalau Siska dan Desi melakukan itu.]

Tidak heran, kau selalu pingsan atau tidur saat Siska dan Desi berulah.

Tapi itu juga kesalahan kami karena tidak menceritakan kepadanya lebih awal

Bukannya aku tidak bisa, hanya tidak mau.

Aku tidak tau mengapa hanya saja aku enggan menceritakan hal itu kepadanya.

[Baiklah, mengobrolnya sudah selesai kan? Bisa kau obati aku sekarang?]

Aku hanya bisa bersenyum pahit mendengar Pak Agus mengatakan itu dengan nada serius.

Apa boleh buat.

[Intan, bisa kau gunakan sihir penyembuhan itu kepadanya?]

[Tentu! Pak Agus, diam sebentar ya.... 'Heal'!]

Cahaya putih mulai menyelimuti dirinya.

[Apa ini? Aku merasakan sesuatu yang hangat menyelimutiku!]

Dan cahaya itu sudah hilang.

Itu berarti sihirnya sudah selesai.

Pak Agus lalu menyentuh tubuhnya terutama bokongnya.

[Tidak ada....]

[Maaf, kau bilang apa?]

[Lukanya tidak ada, menghilang tanpa jejak! Ini luar biasa!]

Dia mulai berteriak karena terlalu bersemangat seperti orang gila.

[Aku tahu kalau ini memang luar biasa tapi tolong tenanglah!]

[Bagaimana aku bisa tenang! Ini adalah sihir kau tahu! Sesuatu yang hanya ada di imajinasi dan fiksi! Tentu aku akan sangat bersemangat jika sihir itu ada!]

Dia malah semakin bersemangat setelah itu, butuh usaha yang cukup berat untuk menenangkannya.

.

.

[Maaf, aku terlalu terbawa suasana.]

Akhirnya dia tenang juga, baiklah sekarang waktunya menanyakan sesuatu yang sangat penting.

[Tidak perlu minta maaf, selain itu aku mau menanyakan sesuatu yang mengganjal di pikiranku sejak sebelumnya.]

[Tentu, katakan saja]

Dia membalas dengan nada santainya sedangkan aku memakai wajah serius.

[Bagaimana keadaan di kota?]

ReWorld : Pasukan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang