Satu.Empat

937 118 1
                                    

JREENNGGG...!!

Dafa langsung berlari ketika baru turun dari mobil yang dikemudikan oleh Pak Popo. Pagi ini sayangnya Danu tidak bisa mengantarkannya. Sebab Danu ada urusan di luar kota dengan Anindita.

"Whhooaaahh, rame banget ya!!Kayak pasar malam..!!" Tukasnya antusias.

Beberapa teman sekelasnya memanggilnya dengan semangat. Rupanya banyak juga dari teman-temannya itu yang ikut serta dalam seleksi anggota baru tim memasak, pagi ini.

"Bajuku kebesaran nih. Jadinya aku kelihatan kayak pemadam kebakaran ya!!?"

"Dafa-Dafa, mana ada pemadam kebakaran, pakai bajunya putih-putih kayak begini.."Ujar salah satu temannya itu.

Semua siswa yang telah hadir dan ingin mengikuti tes seleksi itupun segera membentuk barisan untuk mengambil nomer urut, setelah meja pendaftaran di depan kitchen sekolah di buka.

Jika di SMA biasa, biasanya para murid cowok sangat antusias untuk masuk ke dalam tim inti basket, namun tidak dengan sekolah perhotelan milik Martin Luther ini. Malahan para cowok yang banyak mendominasi antrian untuk ikut seleksi tim memasak, demi bisa menjadi anak buahnya Kinno.

"Kau buat apaan?"

"Aku buat kue sus, andalan ibuku."

"Kalau kau?"

"Aku sih brownies."

Dafa memperhatikan teman-temannya itu dengan wajah penuh antusias. Meski ia sendiri masih merahasiakan apa yang ada di dalam kotak bekal makanannya itu.

Tapi ia yakin sekali, kalau Pak Martin Luther dan semua guru-gurunya itu akan menyukainya. Ia yakin sekali.

Dafa mendapat nomer urut 118. Sepertinya dia baru akan kebagian saat tengah hari nanti. Tapi tak apalah, daripada dia mendapat nomer urut 300 misalnya?!

Tepat jam 7.25, Martin Luther memberikan sepatah dua patah kata sambutan untuk seluruh muridnya itu.

"Anak-anakku yang paling kucintai, untuk pagi ini --- sekolah kita juga kedatangan salah satu orang tamu khusus. Dia adalah teman, rekan, dan bahkan sudah kuanggap seperti anakku sendiri. Dan perlu kalian tahu, dia juga salah satu pencetus berdirinya sekolahan ini."

Dan saat pria berwajah asing itu menyusul Martin Luther ke depan, semua siswa membelalak dengan tatapan penuh takjub dan tak percaya.

"Anthony Grooberry..."

"Selamat pagi kalian semuanya..." Sapa pria setinggi 186 senti, dengan sepasang mata biru jernihnya itu.

Semua siswa langsung memberikan tepuk tangan meriah sekali pada sosok itu. Mereka sungguh tak menyangkan kalau akan kedatangan sosok sepenting itu, pada acara penyeleksian pagi ini.

"Aduh, gawat nih!!"

"Iya, Pak Anthony itu kan terkenal sekali lidahnya yang sangat sensitif.."

"Aku mundur aja ah..."

"Memangnya dia siapa sih? Kok namanya lucu sekali ya?" Tanya Dafa pada teman-temannya itu.

"Dafa, dia itu Anthony Groobery. Seorang chef dari inggris, yang punya empat restoran berbintang lima di Jakarta, Bandung, dan Bali!"

"Kerenn banget ya!"

"Anak-anak semuanya ---" Anthony Grooberry kembali berbicara. "Ingatlah bahwa keberhasilan kalian, tidak ditentukan dalam tahap penyeleksian ini. Jadi, kalaupun kalian gagal -- masih banyak jalan lain untuk mencapai kesuksesan di luar sana."

"Selamat berjuang. Semoga kita bisa sama-sama terus berjuang membesarkan nama sekolah kita ini." Sambung Martin Luther, dan kemudian acara penyeleksian pun dimulai setelahnya.

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang