Empat.Lima

691 91 0
                                    

Sebuah pemandangan mengejutkan terjadi di SMK Ellite Rovario. Bukan cuma para pekerja yang tampak berlalu lalang di setiap sudut sekolah itu. Tapi juga kendaraan berat dan besar yang keluar masuk halaman sekolah sambil menurunkan bahan-bahan bangunan.

Para siswa dan guru sangat terkejut tentunya. Apalagi saat mereka ingin memasuki sekolah mereka sendiri, mereka harus melewati pintu gerbang sekolah yang dijaga ketat oleh empat pria bertubuh tinggi besar.

"Ada apa ini sebenarnya, Bu Nuriyanti?" Tanya Bu Fatma.

"Siapa orang-orang itu? Apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan?"

Bu Nuriyanti mengunci mulutnya rapat-rapat. Sebab ia sendiri pun tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di sekolahnya ini.

Tak berapa lama Inu pun tiba. Namun kelihatannya seperti ada yang tidak beres dengan Inu dan Dafa pagi ini.

"Tunggu Dafa, saya belum selesai bicara!" Inu bahkan nyaris menjatuhkan motor sport mahalnya itu demi memegangi tangan Dafa.

"Lepasin!!" Dafa berteriak dengan mata memelotot.

Inu pun kelihatannya tak main-main. Ia makin menguatkan cengkeramannya pada lengan Dafa.

"Kalau Pak Inu tidak suka, silahkan keluar dari sekolah ini!"

Inu tersentak bukan main. Terlebih dengan ekspresi Dafa yang seperti itu.

"Dafa..." Bu Nuriyanti memegang bahunya dari belakang.

Dafa menoleh. Ia mengedarkan pandangannya pada teman-teman dan guru-gurunya yang lain.

"SIAPAPUN YANG TIDAK SUKA, SILAHKAN KELUAR DARI SEKOLAHKU INI!!"

"Dafa.." Eka yang biasanya selalu ceria itupun tampak berbeda sekali saat melihat ekspresi Dafa.

"INI ADALAH SEKOLAHKU! TIDAK AKAN KUBIARKAN SIAPAPUN BERBUAT SEENAKNYA PADA SEKOLAH INI!!"

"Dafa, kami semua tentu akan selalu mendukungmu. Hanya saja ---"

Dafa menepis tangan Inu. Dia memperlihatkan ekspresi jijik pada sosok wali kelasnya itu.

"Baguslah kalau Bu Nuriyanti mengerti." potongnya dengan tegas. "Pak Bambang..!!" Dafa memanggil seorang pria dengan helm kuning dan sepatu bootsnya itu.

"Ada apa, Mas Dafa?"

"Tutup gerbang sekolah itu. Dan jangan pernah siapapun selain dari murid dan para pengajar di sekolah ini -- masuk ke dalam!"

"Dafa.." Inu nyaris kehabisan kata-kata.

"Meskipun mereka memaksa, jangan pernah Pak Bambang biarkan mereka masuk! Kalau perlu usir dengan cara kasar!"

"Dafa!!"

"JANGAN PERNAH MEMBENTAKKU!!" Suara Dafa melengking. Matanya pun memelotot pada Inu. "KAU TIDAK ADA HAK MELARANGKU!!"

"Da --"

"Pak Inu.." Bu Fatma meraih lengan rekannya itu. Lalu ia membawanya menjauh dari Dafa. "Biarkan saja dulu ia melakukan apapun.."

"PERGI KAU SETAN..!!"

Bu Fatma dan Inu lantas menoleh kembali. Keduanya mendapati Dafa tengah melempar batu ke arah Kinno dan teman-temannya yang tengah memperhatikannya dari sisi lainnya.

"Pak Bambang!"

"Saya, Mas..."

"Aku gak mau tahu, pokoknya hari ini juga -- Pak Bambang harus membangun lagi tembok pembatas ini! Kalau perlu sampai tinggi sekali. Supaya aku tidak bisa melihat wajah orang-orang brengsek itu!"

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang