Lima.Dua

708 85 0
                                    

"Gimana, bagus kan hape aku?!" Dengan bangganya, Tita memamerkan samsung galaxy note 8 keluaran terbaru itu pada keempat sahabatnya.

"Tahu deh, yang habis dapat warisan dari neneknya.." Eka menyikut pelan Sheila.

"Kalau aku sih apa? Cuma orang biasa aja.." Gumam Gabriel sambil memperlihatkan iPhone 6 plus silvernya.

Saat kelimanya tengah bercengkerama di depan kelas, Dafa tiba-tiba saja melintas dengan kepala tertunduk.

"Dafa..!!" Eka berteriak nyaring. "Apa kabb ---" Eka langsung terdiam dan merasa keheranan. "Kenapa Dafa?"

Gabriel refleks mengejar Dafa. Meraih tangannya yang pucat dan dingin itu.

"Lurus aja. Gak ngeliat kita apa?"

Dafa pun menoleh. Dia sempat mengulas senyum tipis. Sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan kelima teman-temannya itu.

"Apa ada masalah lagi yang terjadi dengannya?" Sheila menebak-nebak.

"Ehh, kalian udah tahu belum?!" Seorang siswa tiba-tiba mendatangi mereka.

"Tahu apaan?" Julian balik bertanya.

"Bohong ah!" Siswa itu mengibaskan tangannya. "Kalian kan teman dekatnya Dafa, pasti kalian udah tahu kan berita itu.."

"Ehh Leo, seriusan. Kita sama sekali gak tahu. Emang berita apaan sih?" Ucap Eka.

"Katanya sekolah kita sama sekolah sebelah mau disatuin loh.."

"Maksudnya?" Dahi Sheila berkerut.

"Kata Bu Fatma, Pak Martin Luther udah bicara sama Nenek Anggita dan Om Ardiansyah. Katanya mereka setuju untuk menyatukan kedua sekolah ini.."

"Seriusan?!" Tita memekik.

"Tanya aja Pak Inu kalau gak percaya.."

Inu pun mendekati mereka dengan wajah cemas. "Kalian lihat Dafa?"

"Tadi sih dia pergi kesana, Pak.." Sahut Tita.

Baru saja dibicarakan, Dafa sudah muncul kembali. Namun kali ini dia muncul dengan membawa tas ransel dan botol minumnya.

"Kau mau kemana, Dafa?"

"Bukan urusan, Pak Inu!" Jawab Dafa tegas.

"Tentu saja urusan saya! Sebab ini masih jam sekolah, dan tidak ada satu siswa pun yang bisa pulang begitu saja!"

Tanpa diduga, Dafa menonjok perut Inu keras sekali.

"Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah setuju!!"

"Dafa, tunggu!" Inu meraih tangan Dafa. Namun Dafa malah menggigitnya.

"Jangan halangi aku, brengsek!!"

"Dafa..." Inu jelas tersentak. Tapi ia tak mau lebih membuat anak muridnya itu semakin emosi.

Dafa pun pergi entah kemana. Tapi yang pasti keesokkan harinya, ia masih tetap kembali ke sekolahnya, meski dengan sikapnya yang berubah total.

#####

Meski tak jelas dari mana awalnya berita itu tersebar, tapi yang pasti berita besar itu malah disambut positif oleh para siswa kedua sekolah itu.

"Kalian bisa bayangkan kan, kalau Kak Dafa sama Kak Kinno bersatu jadinya seperti apa?"

"Tentu aja tidak ada yang bisa mengalahkan sekolah kita nantinya...!"

"Benar banget!! Mereka berdua itu kan orang hebat!"

Dafa benar-benar menarik diri dari teman-temannya. Ia merasa bahwa perjuangan dan kerja kerasnya selama ini hanyalah sia-sia belaka.

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang