Lima.Tujuh

645 84 3
                                    

"Pelan-pelan saja, Nata. Rileks. Jangan terburu-buru.."

Nata menurut. Perasaan ini membuatnya sangat cemas. Ia takut kalau operasi ini, tidak akan berhasil untuk dirinya.

Pyaaarr...!

Nata melihat satu titik cahaya. Namun satu titik itu menjadi beberapa titik yang sangat terang dan menyilaukan.

Hingga akhirnya...

"Kak Nata..."

Nata mengerjap. Memperhatikan bocah berpipi tembam yang sedang berdiri di sebelah wanita berambut ikal sebahu itu.

"Hassel, kenapa wajahmu jelek sekali...?"

Raut wajah bocah itu seketika memerah. "Hassel gak jelek, Kak Nata!! Iya kan, mi..!?"

Sandra menutup mulutnya dengan mata berkaca-kaca. Ia yakin, bahwa operasi ini telah berjalan lancar.

"Nata..."

Nata melempar senyum seraya mengangguk. "Aku bisa melihat kembali, Tante..." Seketika itu, Sandra langsung memeluk Nata.

"Mami, Hassel mau ikutan peluk dong..!"

Nata masih saja tersenyum. Perasaannya membuncah tak terperi. Ia masih tak percaya, kalau akhirnya ia akan bisa keluar dari yang namanya penjara kepekatan itu.

Hanya berselang setengah jam kemudian, Sandra sudah membawa Nata jalan-jalan berkeliling rumah sakit. Rencananya baru sore nanti, rekan-rekan kantor Sandra baru akan datang menjenguk.

"Aku bersyukur banget tante, karena masih ada orang yang mau mendonorkan kornea matanya untukku.."

Sandra mengalungkan tangannya pada Nata. "Tante juga senang sekali, Nata.."

Saat mereka akan berbelok menuju kafetaria, langkah Nata tiba-tiba terhenti. Ia menatap pantulan wajah seseorang yang terasa begitu sangat asing baginya.

"Kenapa, Nata..?" Tanya Sandra.

Nata menggeleng lemah. "Kira-kira, kapan aku boleh pulang, tante?"

"Kayaknya sih besok lusa.."

Nata mengangguk. Di dalam kepalanya, ia sudah merencanakan banyak hal. Dan hal pertama yang akan dilakukannya ketika pulang nanti adalah, ia akan mengadakan syukuran kecil-kecilan di rumahnya.

"Nah-nah kau lihat bocah nakal itu?!" Tentu saja yang dimaksud oleh Sandra itu, adalah anaknya sendiri.

Keduanya lantas mengikuti Hassel yang berjalan tergesa menuju mini market di bagian depan rumah sakit.

Hassel mengambil sebuah keranjang. Dan ia memenuhinya dengan beberapa kaleng minuman soda, cadburry, silverqueen, agar-agar, dan juga makanan ringan lainnya.

"Biar mami gak curiga, aku beliin juga deh buat Kak Nata ---" celotehnya sambil mengambil sebungkus roti sobek dan juga pilus untuk maminya tercinta.

Hassel melangkah riang ke kasir. "Mbak kasir, aku mau bayar pakai kartu kredit ya.."

"Bagus ya..." Sandra langsung merebut kartu kredit itu dari tangan si kasir.

"Ya ampun, mami!!! Aku kira tadi siluman kelabang yang muncul!!"

"Kalau Mami siluman kelabang, berarti kau siluman kaki seribu ya!!" Ujar Sandra sambil mencubit pipi Hassel. "Taruh lagi semuanya..!"

"Enggak!" Hassel memelotot. "Aku kan beli ini buat merayakan kesembuhan matanya Kak Nata! Emangnya mami mau, nanti aku pingsan?!"

Sandra memutar bola matanya. Memang, berbicara dengan anaknya itu, malah akan membuang tenaganya saja.

"Ambil aja sana, Hassel masih punya uang kok!"

"Hasselll..." Sandra makin meradang. Sebab yang diperlihatkan Hassel dalam tas kecilnya itu, adalah jelas dompet merah miliknya. Dan pagi tadi, ia baru saja mengambil uang tunai di atm, di rumah sakit ini.

Sementara ibu dan anak itu masih saja ribut-ribut tak ada habisnya, Nata menyusul masuk dengan kedua anak kecil berpakaian lusuh. Satu diantara anak itu, bahkan tidak memakai alas kaki.

"Kak Nata!!" Hassel memekik. "Kak Nata ngapain dekat-dekat sama anak gembel itu?! Nanti kalau Kak Nata ketularan virus penyakit gimana?!"

Nata mendekati kasir. "Mbak, ini semua aku yang bayar. Tapi semua makanan ini kasihkan ke kedua anak ini ya.."

Sandra berkacak pinggang dengan rasa penuh kemenangan. Kalau Nata yang sudah berbicara, bocah nakal itu tak akan bisa berkutik lagi.

"Kalau Hassel sampai sakit gara-gara lapar, terus nanti di opname, Kak Nata yang harus tanggung jawab!"

Nata mengacuhkan Hassel. "Kita cari sandal yuk, buat kalian berdua.."

Sandra memperhatikan Nata dari posisinya. Entah apa yang akan dilakukannya. Sebab ia sendiri pun bingung sekali.

'Tante harus janji satu hal padaku. Jika nanti aku bisa melihat kembali, tante tidak boleh melarangku untuk melakukan apa saja.'

Nata yang masih memakai baju rumah sakit, dan baru saja menyelesaikan operasi --- kini sudah melakukannya kembali.

"Terima kasih ya, Kak Nata..!!" Ucap kedua bocah itu kompak dengan senyum cerah penuh kebahagiaan.

Nata mengangguk. "Sekarang, bolehkah aku meminta sesuatu dari kalian sebagai imbalannya?"

"Imbalan..?" Kedua bocah itu berubah murung.

"Tidak mahal dan tidak susah kok." Nata memegang bahu kedua bocah itu. "Tolong doakan aku selalu dalam sholat dan sujud kalian. Supaya aku bisa terus menolong orang-orang yang membutuhkan."

"Iya. Kak Nata. Aku dan adikku akan selalu berdoa, semoga Allah selalu menjaga Kak Nata. Dan Kak Nata supaya diberi banyak uang sama Allah.." jawab si bocah dengan polosnya.

"Terima kasih ya.."

Hati Sandra bergetar melihat apa yang dilakukan Nata.  Ia sendiri pun bahkan masih punya rasa jijik, ketika harus mencium kepala kedua bocah berpenampilan lusuh itu.

'Sandra, terimalah ia apa adanya. Sayangilah ia seperti kau menyayangi anakmu. Dan lihatlah betapa Tuhan sangat menyayangimu...'

#####

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang