Dua.Kosong

855 104 0
                                    

"Dafa..."

" ---"

Yang dipanggil pun tak menoleh sedikitpun. Ia masih saja asyik berlari mengejar empat kelinci berbulu putih selembut kapas.

Lalu jatuh bergulingan, saat dua tupai tiba-tiba melompat ke atas kepalanya.

"Dafa, sudah saatnya kau kembali.."

Dafa menatap lekat-lekat si nenek tua dengan wajah cemberut.

"Aku gak mau pulang, nenek!! Aku mau disini terus selamanya!!"

Si nenek tua menghela nafas pendek. Entah sudah berapa kali ia berusaha membujuk anak laki-laki itu untuk kembali, namun usahanya itu sia-sia saja.

"Apa kau tidak mengkhawatirkan bundamu, Dafa?"

Dafa menggeleng mantap. Ia mengangkat seekor kelinci atas pangkuannya. Lalu ia tiduran diatas hamparan rumput hijau yang agak sedikit basah dan lembab itu.

"Buat apa aku kembali, kalau disini itu lebih menyenangkan?" ucapnya sambil memeluk kelinci itu erat-erat. Sementara beberapa binatang lainnya, seperti kucing persia, tupai, kelinci, burung merpati putih, dan seekor beruang madu -- duduk mengitarinya.

"Disini aku bisa melakukan apa saja. Aku bisa bermain sepuasnya dengan semua teman-temanku. Tidak ada yang akan memarahiku. Tidak akan ada yang membentakku juga."

Si nenek tua itu mundur sebanyak tiga langkah. Lalu ia menengadahkan kepalanya dengan raut sayu.

"Maafkan Nenek, Dafa. Maafkan Nenek..."

Tuk.. Tuk.. Tuk..

Si nenek tua mengetukkan tongkatnya sebanyak tiga kali.

Lalu keadaan berubah dengan sangat drastis sekali. Langit yang tadinya biru cerah, kini berubah hitam pekat menyeramkan. Kilat menyambar dan angin berhembus kencang sekali. Membuat para binatang itu, lari tunggang langgang tak tentu arah.

"Tunggu!!! Jangan tinggalin aku sendirian!!"

Dafa berteriak dan terus berteriak. Ia mengejar teman-temannya itu. Namun ia tetap tak bisa mengejarnya.

Berkali-kali ia jatuh, lalu bangkit kembali, dan jatuh kembali.

Perlahan, tanah tempatnya berpijak bergetar hebat. Lalu membelah dengan lubang yang menganga lebar sekali.

Dafa takut dan panik sekali. Sebab segala keindahan yang ada di hadapannya itu, kini berubah tak lebihnya seperti negeri yang porak poranda akibat bencana dahsyat yang menerjang.

"Tolong aku, nenek...!! Tolong aku...!!"

"Pulanglah, Dafa --- Temuilah mereka yang selama ini sudah menunggu kedatanganmu..." Suara nenek tua itu menggema tanpa kelihatan wujud asli pemiliknya.

"Aku gak mau pulang!! Aku gak mau --- arggghhh...!!" Dafa berteriak keras sekali saat tanah di bawahnya membelah, dan dia jatuh ke dalamnya. Ke dalam sebuah lubang hitam tak berujung.

Si nenek tua itu kembali. Ia mengetukkan dua kali tongkatnya ke atas sebuah batu keras berwarna abu-abu kehitaman. Dan hanya dalam sekejapan mata saja, keadaan yang tadinya porak poranda itu, menjadi seperti sedia kala.

Para binatang menggemaskan itupun keluar kembali dari dalam liang persembunyian.

Burung-burung kutilang dan kenari, bahkan sudah bersiual riang kembali.

"Belum saatnya kau menjadi penghuni tempat ini, cucuku. Belum saatnya..."

#####

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang