Enam.Kosong

692 83 5
                                    

Tok.. Tok..

"Den Kinno, bangun. Ditunggu sama Tuan dan Nyonya di meja makan..."

Kinno menggeliat malas. Tanpa sadar, tangannya menyusup ke dalam celana pendeknya. Perlahan ia mengusap penisnya yang menegang. Bibirnya sedikit membuka. Nafasnya pun perlahan mulai tak beraturan.

"Den Kinno, kata Tuan hari ini kan ulang tahunnya Den Dafa.."

Seketika kedua mata Kinno terbuka. Ia langsung melompat dari atas kasurnya. Dan menyadari bahwa saat ini sudah jam 8 pagi. Padahal ia dan teman-temannya yang lain janjian kumpul di sekolah jam 8 pagi.

Hapenya berdering. Panggilan masuk dari nomer Gabriel.

"Tunggu ya. Ban mobilku kempes nih. Oke..!"

Cklek...!

Kinno membuka pintu kamar tidurnya. Si mbak yang tadi mengetuk pintu kamarnya, sampai menutup mata karena melihat anak majikkannya yang keluar dengan bertelanjang dada, dan dengan kondisi penisnya yang tercetak jelas di balik celana pendeknya itu.

"Dad, nanti aku kumpul di sekolah dulu sama yang lainnya!"

"Tapi kau jangan lupa sarapan dulu.." Ujar Anindita dari lantai bawah.

"Beres, bunda!"

Kinno kembali ke dalam kamar tidurnya. Mengunci pintu kamarnya, dan bergegas mandi.

Kenapa di hari yang sangat penting dan spesial ini, dia bisa sampai bangun kesiangan?!!

Tok -- Tok...

"Sebentar!!" Teriak Kinno yang mulai dari ujung kepala hingga ujung kakinya sedang dipenuhi busa sampo.

Tok -- Tok...

"SEBENTAR...!!" Kinno mulai kesal. Ia membuka pintu kamarnya meski tubuhnya masih penuh dengan busa sampo dan sabun. "Siaaa --- Dafa..?!!" Kinno tersentak bukan main saat melihat sosok yang kini sedang berdiri di hadapannya.

Kinno pun membilas wajahnya, dan langsung melilitkan handuk untuk menutupi bagian vitalnya.

"Kau sama siapa kesini?!"

Dafa tak menjawab. Wajahnya pun terlihat sangat pucat sekali.

"Dafa, kau ---"

"Dingin -- disini dingin sekali..."

"Ya ampun, Dafa. Kalau kau tidak enak badan, kau tidak usah repot-repot kesini." Kata Kinno sambil membawa Dafa ke atas kasurnya. "Kau tiduran dulu saja ya.." Ia pun menyelimuti tubuh Dafa.

"Dingin ---"

Kinno mengerenyitkan dahi. AC kamarnya pun sudah ia matikan. "Sebentar ya, aku buka jendela kamar, supaya sinar matahari bisa masuk.."

"Kinno..."

Kinno terkejut bukan main saat tangan Dafa yang sangat dingin itu memegang tangannya.

"Aku takut sekali disini -- semuanya gelap dan dingin..."

Kinno duduk di sisi Dafa. Ia belai lembut kepala Dafa. "Kau tidak perlu takut, Dafa. Sebab akulah yang akan selalu menjagamu.."

"Tolong aku, Kinno -- dingin sekali..."

"Aku akan turun sebentar buat susu hangat. Kau istirahat saja disini ya.."

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang