Tiga.Delapan

762 89 0
                                    

Siapa yang akan menyangka, kalau usaha kecil-kecilan yang dijalani Nata itu akan terus berkembang dan mengalami kemajuan.

Mulai dari berjualan kue kecil-kecilan yang cuma dijual Hassel kepada teman-temannya di sekolah. Lalu mulai membuka toko kue kecil di garasi rumahnya, sampai kini garasi sederhana yang tadinya cuma dipakai untuk menyimpan barang-barang tua milik Sandra, kini beralih fungsi menjadi pusat produksi dari Nata Catering.

Harganya yang terjangkau, dengan kualitas dan cita rasa yang tidak diragukan lagi, menjadikan Nata Catering sebagai bisnis rumahan yang mulai banyak dilirik orang.

Terlebih kabar ini menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut, mengalahi penyebaran virus suatu endemi penyakit di sebuah daerah terpencil.

Orang yang tadinya membantu Nata dalam mengoperasikan cateringnya ini cuma berjumlah 5 orang, kini sudah mencapai 20 orang.

Dan meskipun begitu, Nata sendiri masih suka terjun langsung mengawasi usaha kecilnya itu, meski dengan segala keterbatasan yang dimilikinya.

Pagi itu Nata sedang duduk-duduk di teras depan rumahnya. Sementara Hassel tumben sudah bangun sepagi ini, padahal bocah itu kan sedang libur menghadapi awal bulan ramadhan.

Katanya sih Hassel mau puas-puasin main dulu, sebelum besok puasa. Soalnya pas puasa dia mau tidur seharian di kamarnya sambil nyalain AC.

"Besok kalau Hassel gak kuat puasa, mau sampai jam 8 pagi aja ahh.." Celoteh bocah itu sambil menghitung uang miliknya. Sebenarnya uang itu bukan miliknya asli. Tapi dia itu mengambilnya dari lemari tempat Nata menyimpan uang biasanya.

"Ohhh, berarti hadiahnya batal dong.."

"Kalau hadiahnya mahal kayak PS Vita atau iPod touch, Hassel gak papa deh sampai pingsan besok.."

"Mana ada orang puasa terus pingsan, Hassel..." Muncul-muncul Sandra langsung mencubit gemas pipi anaknya itu.

"Sakit tahu, Mi...!!"

Sandra kontan memelotot. Bagaimanapun juga suara Hassel itu selain cempreng, juga sangat gak enak di dengar. Dia takut kalau sampai menganggu tetangga lainnya.

"Hari ini ada rencana kemana?" Tanya Sandra pada Nata.

"Mau belanja buat persediaan puasa lah mami!! Pakai nanya segala lagi.."

Sandra memutar bola matanya. Kalau saja ada cabe rawit di dekatnya, sudah pasti ia akan langsung menjejali mulut Hassel dengan cabe itu.

"Aku nanti mau ke bank, Tante."

"Bank mana, Nat?"

"BCA yang paling dekat saja sepertinya.."

Hassel lompat dari kursinya. Lalu ia membisiki Nata dengan raut mencurigakan.

"Awas aja kalau kau sampai melakukan sesuatu yang ceroboh lagi, Mami kurung kau dalam toples selai!"

"Hassel masuk dulu deh. Habisnya pusing kalau terus mendengarkan kecerewetan ibu-ibu si penggosip satu ini..."

"Hassellll...!!!" Sandra berteriak keras sekali. Rasanya kepalanya itu mau pecah tiap kali harus menghadapi ulah konyol anaknya itu.

"Den Nata silahkan diminum susunya.." Sesosok wanita tua datang dengan membawakan dua gelas susu putih hangat.

"Terima kasih ya, Mbok."

"Den Hasselnya mana?"

"Alah, anak kayak dia gak usahlah dikasih susu lagi, Mbok. Bisa-bisa badannya semakin melar kayak anak kuda nil.." Tukas Sandra langsung meneguk habis jatah segelas susu milik Hassel.

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang