Tiga.Sembilan

722 90 0
                                    

Dua mobil itu memasuki halaman SMK Ellite Rovario dengan beriringan. Semua siswa langsung memperhatikan dan bertanya-tanya tentang siapakah sosok yang ada di dalam mobil mewah tersebut.

Namun begitu sesosok pria gemuk penduk dengan kepala setengah botaknya itu yang keluar, mereka langsung berfikiran bahwa ini bukanlah kabar bagus untuk mereka semua.

Lalu beberapa orang yang datang dengan berjalan kaki setelahnya itu, langsung membuat para siswa dan guru SMK Ellite Rovario merasa bahwa inilah hari itu...

Hari dimana sekolah yang sangat mereka cintai ini akan menemui kehancurannya...

"Selamat pagi, Pak Kepala Yayasan..." Sapa ramah dan hangat Bu Nuriyanti pada Kepala Yayasan.

"Ya..!" jawab pria gemuk pendek itu singkat dan ketus.

Bu Nuriyanti pun mengajak tamu-tamu pentingnya itu ke ruangannya. Menjamu mereka dengan secangkir teh manis hangat dan juga sekaleng biskuit.

"Kedua pria itu pasti orang dari bank.." Gabriel berbisik-bisik.

Eka cuma diam saja. Dia pun sudah tahu karena kedua orang pria itu berpenampilan sama dengan kedua orang yang juga pernah mendatangi rumahnya, dan mengatakan akan menyita rumahnya kalau hutang kedua orang tuanya tidak segera dilunasi.

"Kalau aku lihat wajah orang itu, ingin rasanya aku memukuli dia sampai babak belur!" Tukas Julian dengan orang yang dimaksud itu adalah Kinno.

Tidak sedikit murid-murid SMK Ellite Rovario yang mengintip dan mendengarkan dari luar ruang guru. Mereka sangat penasaran dengan apa yang sedang dibicarakan orang-orang dewasa itu.

"Bisa kita percepat saja?" Tanya si kepala yayasan dengan wajah kesalnya.

Martin Luther memandangi Bu Nuriyanti dan rekan-rekannya dengan wajah angkuh. Pria tua itu sudah tak sabar ingin segera merebut sekolah ini dan juga tentunya Dafa. Karena baginya Dafa adalah sesuatu yang sangat indah, mahal, berharga, dari apapun yang ada di dunia ini. Apalagi dia sudah mendapat dukungan penuh dari Silvana Anindita.

"Semoga saja aku tidak bertemu dengan anak sialan itu lagi..." Gumam kepala yayasan.

Kedua pria berkemeja biru muda dengan name tag tergantung pada saku kemejanya itu, sama-sama mengeluarkan setumpuk berkas dari dalam tas jinjing yang mereka bawa.

"Maaf, kami tidak bisa memulainya tanpa kehadiran Bapak Dafa disini."

Semua orang tersentak bukan main mendengarnya. Tak terkecuali dengan para siswa SMK Ellite Rovario yang sejak tadi menguping dari luar ruangan.

Salah satu dari petugas bank itu pun terlihat menghubungi seseorang dengan ponselnya.

"Gara-gara anak kurang ajar itu, kepalaku sampai sakit dan asmaku kambuh selama seminggu!" Ujar si kepala yayasan lagi.

"Baiklah kalau begitu ---" si petugas bank itu mulai bicara kembali. "Ibu Nuriyanti dan Bapak Inu Atmaja..?"

Mendengar namanya disebut, Inu langsung menegakkan kepalanya.

"Saya Nuriyanti.."

"Lalu Bapak Inu Atmaja?"

"Pak Inu..!!" Bu Fatma semangat sekali memanggil rekannya itu. Ia bahkan sudah menarik sebuah kursi untuk Inu.

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang