Tiga.Tujuh

717 87 0
                                    

Inu panik bukan main saat ia bangun dan tidak melihat Dafa di dalam kamar kosannya, maupun di dapur bawah. Bahkan setelah ia mencarinya kemanapun ia, tidak bisa menemukan juga sosok itu.

Buku-buku pelajarannya dan sebagian bajunya memang masih tertinggal dikosannya. Namun tas ransel, sepatu, sweater biru muda bergambar lumba-lumba, tidak ada pada tempat biasanya, Dafa meletakkannya.

Menurut pengakuan Pak Usman, tadi pagi-pagi sekali Dafa pergi dengan sebuah mobil sedan berwarna hitam. Namun Pak Usman tidak bisa tahu siapakah orang yang mengajaknya pergi.

Saat kembali ke kamarnya, Inu baru menyadari ada secarik kertas tertempel di kulkasnya.

Secarik kertas dengan tulisan Dafa yang agak acak-acakkan itu...

'Aku sedang liburan dulu. Jadi tolong jangan cari aku. Pak Inu jangan sakit terus ya..'

Inu benar-benar tak bisa paham dengan jalan pikiran muridnya itu. Sebenarnya kemana Dafa pergi dan apa maksudnya dengan meninggalkan catatan ini?

"Dafa pergi liburan?!!" Eka memelotot bukan main saat mendengar penuturan dari wali kelasnya itu.

"Apa Dafa tidak mengatakan sesuatu kepada kalian?" Tanya Inu pada kelima remaja itu.

"Ngebales chat di grup aja si Dafa mana pernah, Pak.." Ujar Julian.

"Benar, Pak Inu. Padahal kami selalu mengharapkan dia ikutan di grup. Tapi ya seperti itu --" Sheila menimpali.

Satu hari berlalu... Dua hari berlalu... Empat hari berlalu...

Inu juga sudah menghubungi Mbok Parni. Namun pelayan di rumah Dafa itu mengatakan bahwa Anindita dan Danu belakangan ini sedang sibuk sekali mengurusi pernikahan mereka. Jadi ada kemungkinan kalau Dafa pun sepertinya ikut dengan bundanya.

Jika memang demikian, maka Inu bisa bernafas lega dan tidak usah cemas memikirkannya.

"Pak Inu kok pucat sekali?" Ujar Bu Fatma cemas melihat perubahan rekan seprofesinya itu.

"Seharusnya kalau Pak Inu masih sakit, tidak usah memaksa untuk ke sekolah.." Timpal Bu Nuriyanti.

"Saya sudah agak baikkan." Sahut Inu cepat. "Apa sudah ada kabar dari Dafa?"

Semua rekannya itu menggeleng. Karena memang tak ada satupun dari mereka yang mengetahui keberadaan Dafa saat ini.

"Anak-anak juga tidak ada yang tahu kemana perginya Dafa.." Bu Nuriyanti mengatakan sambil menatap kelima remaja yang sedang duduk-duduk di tepi lapangan...

"Ehh, kalian masih inget gak?" Tukas Eka tiba-tiba.

"Inget apa, Ka?" Sheila menatap lekat-lekat sahabatnya itu.

"Yang dibilang Dafa waktu itu..."

"Tentang?" Dahi Julian berkerut.

"Pak Inu loh..."

"Pak Inu kenapa?" Gabriel ikut penasaran.

"Kalian merasa aneh gak sih sama Pak Inu?"

Tita menggeleng. Lalu menyusul Sheila.

"Coba kalian lihat deh motornya Pak Inu itu..."

Barulah keempat remaja itu sedikit paham, kemana pembicaraan Eka mengarah.

"Meskipun aku gak paham otomotif ya, tapi aku tahu loh motor besar itu pasti harganya mahal.."

"Bener banget!" Gabriel menimpali. "Samsung Galaxy Note 8 sama samsung gear yang dipakai Pak Inu itu juga kan mahal..!"

"Kira-kira Pak Inu dapet uang darimana ya?" Eka sungguh penasaran dengan wali kelasnya itu. Apalagi, beberapa hari kemarin Inu juga sempat tidak masuk dikarenakan sakit dan bahkan sampai harus masuk rumah sakit segala.

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang