Empat.Sembilan

699 90 2
                                    

"Dafaaa...!!" Eka berteriak nyaring sekali, sampai-sampai seluruh ibu-ibu yang sedang membantu Dafa mempacking makanan ke dalam dus, dibuat menoleh suaranya itu.

"Kok kalian udah kesini? Kan janjiannya nanti habis ashar.."

"Mereka ingin ikut membantu, Dafa.." Jawab Stevie Wallerima dengan seulas senyum lembutnya.

"Iya nih, Fa. Kita juga mau ikutan bantu.." Gabriel yang beragama kristen pun kelihatan sangat antusias sekali siang itu.

"Itu Kinno lagi ngapain?" Tanya Julian keheranan melihat Kinno yang sedang mendinginkan wajahnya di depan frezer kulkas.

"Panass!! Brengsek banget cuaca siang ini!!"

"Kinno..!!" Dafa membentak. Membuat Kinno menoleh seketika. "Kau mau puasanya batal?!"

"Hhehhee, maaf."

"Daripada mengeluh terus, mendingan bantuin aku nih.."

"Capek aku, Fa. Nanti lagi kek.."

"Yaudah, pulang aja sana gih!"

Kinno menggeleng cepat. Bukan usaha yang mudah untuk bisa membuat dirinya bisa berada sedekat ini dengan Dafa. Dan ia tidak mau kalau Dafa sampai membencinya kembali.

"Dafa, Nenek ada sedikit uang untuk mereka."

"Yahh, Nenek Stevie.."

"Kok yah sih, Fa? Kau itu harusnya bersyukur dong, sebab Nenek Stevie mau ikut menyumbang untuk anak-anak itu." Ucap Sheila.

"Maaf ya, Nenek Stevie. Maksudku begini --- untuk sekarang ini, aku sudah buat amplop untuk masing-masing anak panti. Aku juga udah dapat uang dari teman-temanya Pak Inu, Ayah Ardiansyah, Nenek Anggita, Kak Sam, sama sumbangan teman-teman waktu itu juga.."

"Daddy dan bundaku juga loh, Fa.." Kinno menyambar.

"Iya. Mereka juga." Dafa memutar bola matanya. "Dan jumlahnya sudah sangat banyak sekali."

"Kan bisa kau simpan, Dafa.." Kata Julian.

"Benar, Dafa. Simpan saja. Siapa tahu anak-anak itu nanti membutuhkan."

"Tapi Nenek Stevie sudah banyak sekali memberi.."

"Dafa.." Stevie Wallerima setengah memaksa. "Terimalah."

"Yaudah deh, aku terima. Semoga Allah kasih umur panjang untuk Nenek Stevie. Supaya Nenek Stevie bisa lihat aku pas udah sukses nanti. Hhiihii..."

Waktu terus berjalan maju. Tanpa terasa adzan ashar pun sudah berkumandang. Dafa bergegas mandi dan menunaikan shalat ashar.

"Fa, menurut kau -- aku pakai baju koko yang putih atau yang merah?" Tanya Kinno.

Dafa memutar bola matanya. Dia jengkel sekali dengan Kinno. Sebab Kinno dan Inu sifatnya hampir sama. Melakukan apa-apa semuanya dengan lelet sekali.

"Tau ahh..! Kalau lama, aku tinggal!" Kata Dafa sambil menutup pintu kosan Inu.

Begitu tiba kembali di lantai bawah, semua teman-teman dan keluarganya juga tampak sudah siap dan rapih.

Nasi-nasi kotak dan kue-kue juga sudah diangkut ke dalam mobil blind van yang Dafa sewa dari tetangga sekitar kosan.

"Kita berangkat sekarang?" Tanya Inu yang sore itu tampak gagah sekali dengan balutan baju koko hitamnya itu.

"Kau ikut dengan Nenek ya..." Pinta Anggita Suryatama dengan wajah memohon.

Dafa mengedarkan pandangannya. Tampak diantara orang-orang itu, ayah tirinya yang tampak segan sekali padanya.

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang