Delapan.Kosong

614 85 1
                                    

Dua tahun kemudian...

'Dafa, kau...'

Sosok itu berdiri dengan senyum cemerlang mengembang di wajahnya yang tampan.

'Bagaimana Kinno? Apa aku terlihat cocok dengan baju koko putih ini?'

Kinno mengangguk pelan. Dia berkacak pinggang sambil mengerjap. Perasaan campur aduk tak karuan.

'Kau kenapa sih?'

'Aku...' Mata Kinno berkaca-kaca. 'Kau tahu, Dafa? Pada akhirnya -- aku bisa...' Kinno terdiam sejenak. 'Aku gak mimpi kan ya?'

'Hmmm --- Kayaknya kita harus berangkat sekarang deh. Soalnya mereka semua udah nunggu tuh..'

Kinno mengerjap lagi. Ia menampar pipinya pelan. Mencubit lengannya tidak hanya sekali.

'Kinno..!'

'Oke-oke, kita berangg --'

Ekspresi wajah Kinno berubah saat sosok dengan baju koko serba putih itu berjalan kian menjauh darinya.

'Dafa...'

Sosok itu melambai padanya. 'Kinno, tolong jaga mereka semua untukku ya..'

'Dafa, kau...'

'KINNO, MESKIPUN KAU ITU SANGAT MENYEBALKAN.. TAPI KAU ITU ADALAH ORANG YANG PALING BAIK, YANG PERNAH AKU KENAL..!!'

'Dafa...'

'SELAMAT TINGGAL, KINNO...!!'

"DAFA..!!"

Kinno terbangun seketika. Matanya membelalak merah dan sedikit basah. Nafasnya tersengal tak beraturan. Perasaannya agak sedikit lega, ketika ia sadar bahwa tangannya masih memegang erat tangan Nata. Dan ia juga masih bisa merasakan rasa hangat dari tangan kurus dan pucat milik Nata.

"Mimpi apa lagi kau, huh?" Tanya Rafa yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

Kinno mengerjap. Ia melihat jam bulat yang menempel pada dinding dekat pintu kamar mandi.

"Semua sudah kumpul di bawah." Tukas Rafa cuek sambil melipat handuknya. Lalu ia dekati Nata, merapihkan rambutnya sedikit, dan terakhir -- ia mendaratkan sebuah kecupan pada dahi Nata. "Apa kau tidak capek tidur terus?"

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang