Enam.Enam

630 80 2
                                    

Satu tahun berlalu. Nata kini sudah mempunyai 10 cabang Nata Pattiserie yang tersebar di seantero Pulau Jawa dan Bali. Rencananya bahkan ia akan membuka cabang barunya lagi di Kalimantan, Sumatera, dan bahkan Irian.

Tidak ada yang tidak kenal dengan usaha kue milik Nata ini. Rasa lezat dan cita rasanya yang premium, sungguh tak bisa dilupakan begitu saja oleh setiap lidah yang pernah merasakannya.

Siapa memang yang akan menyangka, usaha kecil-kecilan yang hanya bermodalkan beberapa ratus ribu saja dan menggunakan dapur rumahnya yang kecil dan sederhana, akan tumbuh menjadi sebuah usaha yang terus maju dan semakin berkembang.

Kesibukkannya pun semakin bertambah. Malam pun ia jadikan siang. Hampir tak ada waktu beristirahat untuknya. Karena otaknya terus berfikir dan bekerja. Ia harus menghasilkan lebih banyak dan banyak lagi uang.

Kinno, seseorang selalu dengan setia mendampinginya pun, menjadi berlipat ksibukkannya. Ia bahkan sudah lupa dengan statusnya sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta.

Dimana ada Nata, disitu pasti Kinno. Mereka berdua selalu terlihat dalam berbagai kesempatan. Mulai dari acara potong tumpeng dalam setiap pembukaan outlet baru. Hingga saat makan malam di warung tenda pun, mereka selalu terlihat berdua. Sangat kompak dan solid sekali.

Sandra. Wanita ini pun sekarang secara resmi sudah mengundurkan diri dari tempatnya bekerja. Padahal puluhan tahun ia susah payah untuk mencapai posisi manager di perusahaannya itu. Bersaing dengan rekan-rekan sejawatnya, maupun anak-anak baru dengan lulusan fresh graduate dari perguruan tinggi ternama.

Teman-teman kantornyalah yang menyarankannya agar ia lebih memusatkan perhatiannya pada bisnis milik Nata. Bahkan sampai direktur di perusahaannya itu pun juga ikut memberi saran padanya.

"Kau tahu kan Nata itu masih sangat muda. Umurnya pun baru 20 tahun. Dan kau setega itu untuk membiarkannya seorang diri mengurusi semua bisnisnya itu? Bantulah ia, Sandra. Karena selain kau, siapa lagi yang bisa ia percaya?"

Hari berganti minggu. Dan minggu berganti tahun. Siapa sangka, waktu akan berjalan dengan begitu cepatnya. Kini, Nata sudah mempunyai 8 cabang baru lagi, yang ia buka di beberapa titik di ibu kota.

Pundi-pundi keuangannya pun terus bertambah. Omsetnya perbulan kini bukanlah ratusan ribu atau bahkan cuma jutaan. Tapi ratusan juta pun sanggup ia kumpulkan.

Namun Nata tetaplah Nata yang sederhana dan apa adanya. Penampilannya tidak pernah berubah. Kaos favorit yang sering digunakannya adalah kaos berwarna biru muda. Kaos murah yang harganya bahkan tak lebih dari seratus ribu rupiah.

Tidak ada jam tangan berharga puluhan juta yang melingkar di tangannya. Sepatu kets putih pemberian Sandra dua tahun lalu pun, masih setia menjadi teman kakinya. Mobil yang terparkir di garasi rumahnya pun, cuma sedan kuno milik Sandra, sebuah mini bus tipe lama, dan lima mobil katering miliknya.

Malam ini malam minggu di penghujung bulan November yang dingin. Nata, Sandra, Hassel, dan Kinno terlihat sedang menikmati makan malam mereka dengan hangat dan bahagia. Mbok Sumirah juga sebetulnya diajak duduk bersama dengannya, tapi wanita tua itu menolak dan tetap sibuk kesana kemari dengan lincahnya.

"Tante..." Nata membuka suara lagi.

Sandra melempar senyum sambil menyeruput teh panas dengan madu hitam kesukaannya.

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang