Meski sekolah statusnya sedang diliburkan dalam rangka puasa dan idul fitri, namun hampir semua siswa dan staff pengajar SMK Ellite Rovario datang pada acara pemakaman Dafa di Jumat pagi yang mendung ini.
Tes dna sudah dilakukan oleh Anthony Grooberry. Dan ternyata memang benar. Bahwa tulang belulang yang ditemukan itu adalah tulang belulang anak kandungnya. William Adinata, atau Dafa.
Dalam buku hariannya, Dafa sempat menuliskan sesuatu hal yang tentunya sangat mengejutkan bagi Anthony sendiri.
'Ayah Anthony, jika suatu saat nanti aku meninggal lebih dahulu, tolong kuburkan aku secara islami. Aku harap ayah Anthony paham dan mengerti.
Terima kasih karena telah memberiku banyak ilmu dan kenangan.
Aku sedih, karena Ayah Anthony tak pernah mau mengatakan semuanya. Apakah Ayah benar-benar tidak menginginkanku..?'
Dan pada akhirnya, mereka semua sepakat untuk memenuhi permintaan Dafa tersebut.
Sungguh tak terbayangkan, ada banyak sekali orang yang ikut dalam pelaksanaan sholat jenazah pagi itu. Dan ketika peti itu telah tiba di tpu dekat kediaman Anggita Suryatama, disinilah telah menunggu ratusan orang lainnya yang merasa sangat sedih dengan berita yang sangat menghentak dan mengejutkan ini.
Semua orang yang telah dipersatukannya dalam sebuah keluarga besar SMK Ellite Rovario, turun melebur menjadi satu pagi ini. Segala doa dipanjatkan, meski air mata tak ikhlas menyertainya.
"Dafa udah gak ada...Ini bohong kan?" Eka tak henti-hentinya menitikkan air mata.
"Aku bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih padanya..." Tita terus menangis dalam rangkulan orang tuanya. "Dafa sudah menolong keluarga kita -- dan aku -- Ya Allah...!!"
"Bang..." Bayu menarik jaket Julian. "Kak Dafa yang waktu itu datang dan kasih hadiah Bayu sepatu sama tas baru kan?"
Julian tak merespon sedikitpun pertanyaan adiknya. Matanya yang basah terus menatap pusara itu. Orang yang ia anggap aneh dan gak waras itu -- ternyata adalah malaikat penolong untuk nenek dan adiknya. Namun kini, orang itu telah pergi untuk selamanya. Meninggalkan sebuah kenangan indah yang takkan pernah terlupakan.
"Saya ingat ketika Dafa pertama kali datang ke hadapan kita semua --" Bibir Bu Fatma bergemetar. "Dengan semangat dan percaya dirinya ia --- ia --- Ya Allah --- kenapa Kau ambil ia di umurnya yang masih sangat-sangat muda?"
Jika semua orang berebut untuk bisa di posisi terdepan, tidak dengan Inu. Sejak peti jenazah itu datang dan hingga sudah tertutup seluruhnya dengan tanah, dia cuma bisa terduduk di salah satu makam orang lain dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
Segala kenangan tentang Dafa, mulai dari saat keduanya bertemu, sampai hari dimana untuk terakhir kalinya ia melihat Dafa -- seolah diputar kembali secara utuh.
'Nama paman siapa? Kalau aku Dafa..'
'Pak Inu gimana sih?! Masa bikin telor ceplok aja gosong...!!'
'Pak Inu mandinya cepetan dong!! Aku kan udah kebelet nih..!'
'Topi ini buatku?! Keren banget!! Makasih ya, Pak Inu..!'
'Aku cuma minta satu hal sama Pak Inu, maukah Pak Inu jadi ayah tiriku? Karena bagiku, cuma Pak Inu yang bisa menggantikan posisi ayah. Bukan orang lain...'
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing
Mystery / ThrillerApa kalian pernah merasakan bagaimana rasanya terkurung di dalam rumah sendiri selama 10 tahun lamanya? Tanpa pernah melihat matahari, langit biru, gumpalan awan, rintik hujan, kilatan petir, dan tanah yang berlumpur... Tapi tunggulah ketika ia sud...