"Sheila, apa wajahku kelihatan berantakkan?" Tanya Tita gusar. Dan yang ditanya pun cuma menggeleng pelan.
Beda dengan Tita, Eka yang biasanya lebih atraktif malah terlihat tetap tenang dan kalem. Namun bagaimana pun juga, mereka berlima sama sekali tak bisa menutupi wajah-wajah gugup dan cemas, saat mereka akan bertemu kembali dengan sosok itu.
"Apa Dafa masih mengenali kita temannya ya?" Ujar Eka lirih. "Maksudku apa dia..."
Baru saja dibicarakan, rombongan mobil mewah itu terlihat berjalan beriringan memasuki kawasan parkir khusus yang memang disediakan bagi seluruh penghuni maupun pengunjung Nata LivingWood.
"Teman-teman..."
"Dafa.." Eka menelan ludah. Keringat dingin mengalir membanjiri sekujur tubuhnya.
"Kalian sudah lama?" Tanya Nata cemas. "Seharusnya kalian langsung saja minta diantar."
Kelima sahabat itu mengulas senyum salah tingkah.
"Dafa -- maksud Bunda, Nata -- kenapa kita harus memarkirkan mobil disini?" Tanya Anindita.
"Sebab, aku tidak mau sampai ada satupun teman-temanku yang terluka nantinya." Pernyataan Nata itu sungguh membuat heran semua orang di dekatnya.
Dari atas kursi rodanya, Stevie Wallerima terus saja menatap sosok Nata. Sosok yang masih muda, namun sangat luar biasa dan mengagumkan.
"Selamat pagi Pak Nata. Selamat datang kembali.." Sapa seorang perwakilan dari staff yang bekerja di dalam kawasan Nata LivingWood.
"Selamat pagi juga." Balas Nata. "Oh iya, aku ingin memperkenalkan mereka semua pada kalian." Kata Nata pada karyawan-karyawannya itu. "Mereka semua ini adalah keluargaku. Dan nantinya, mereka juga akan tinggal disini denganku."
Semua orang tentu saja terkejut mendengarnya. Tak terkecuali dengan Kinno. Terlebih saat Nata menarik tangannya, agar bisa berdiri bersejajaran dengannya.
"Orang ini namanya Kinno. Dia ini seperti sudah menjadi separuh dari bagian diriku."
"Nata.."
"Dan satu yang harus kalian ketahui, jika nantinya aku sudah tidak ada -- maka Kinno-lah yang akan menggantikan posisiku."
Seketika ekspresi Kinno berubah dingin. "Apa maksud kau barusan?"
Nata mengerenyitkan dahi. "Tidak ada. Aku cuma bercanda kok. Hihii.."
Beberapa bis khusus bertuliskan Nata LivingWood sudah siap untuk mengangkut seluruh orang-orang itu. Dan lagi-lagi, mereka tercengang dengan kondisi bis yang sangat-sangat bagus dan mewah itu. Meski bis yang mampu menampung 20 orang itu, adalah bis terbuka dan tak berpendingin AC.
"Kau tidak duduk, Nata?" Tanya Kinno.
Nata menggeleng. "Aku berdiri saja." Jawabnya cepat.
Bis mulai berjalan perlahan. Membawa orang-orang itu menuju ke kediaman orang terkaya nomer tiga di dunia.
"Seandainya aja Kak Sam ada disini, pasti dia akan senang sekali."
"Kenapa kau mengatakan itu, cucuku?" Suara Anggita terdengar sedikit bergetar.
Nata menatap ke arah luar. Menghela nafas pendek dengan tatapan yang seolah kosong. "Karena dulu, aku dan Kak Sam pernah bermimpi untuk membuat sebuah kerajaan. Dengan banyak pepohonan di sepanjang jalannya.." Nata berbalik memunggungi mereka. Dia cuma tidak mau membagi kesedihannya pada orang-orang itu.
Lima menit mereka tempuh, mereka masih saja melihat rimbunnya pepohonan di kanan dan kiri jalan. Hingga tak ayal, suasana asri dan sejuk mereka rasakan dengan suasana atmosfir yang juga terasa sangat berbeda sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing
Mystery / ThrillerApa kalian pernah merasakan bagaimana rasanya terkurung di dalam rumah sendiri selama 10 tahun lamanya? Tanpa pernah melihat matahari, langit biru, gumpalan awan, rintik hujan, kilatan petir, dan tanah yang berlumpur... Tapi tunggulah ketika ia sud...