Tiga

2.6K 211 2
                                    

"Mau kemana kau pagi-pagi, Kinno?" Tanya pria dengan kaca matanya itu, dengan tatapanya tajam menyelidik.

"Aku ada latihan di sekolah." Jawab anak laki-laki yang sedang mengoles roti dengan selai nutella kesukaannya itu.

Pria bermata kecil itu melipat koran yang sedang dibacanya. "Semalam kau kemana?!"

"Gak kemana-mana.."

"Jangan bohong kau!!" Suara pria itu meninggi. "Kau lupa kalau semalam itu kau haru menghadiri acara ulang tahun anaknya Tante Anindita?!"

Dengan santai Kinno tetap melahap rotinya. "Iya aku lupa. Lagian gak penting juga kan? Cuma ulang tahun doang."

"Sikapmu itu sama sekali gak bisa ditolerir, Kinno."

"Tolerir gimana, Dad?!!" Kinno pun balik menatap tajam ayahnya itu. "Semalem itu aku dan teman-temanku mengikuti tahap praeleminasi turnamen masak buat minggu depan!"

"Masak -- masak -- masak!! Kau tahu siapa orang tuamu kan?!!"

Tiga asisten rumah tangga yang sudah bekerja bertahun-tahun di rumah itu pun, sampai mengintip dari balik tembok pemisah antara ruang makan dan dapur.

Biasanya kalau pagi-pagi sudah terdengar suara ribut-ribut antara ayah dan anak itu, akan terus berlanjut dan tidak ada kesudahannya.

"Berikan semua kartu kredit, atm, debit, kunci motor, dan mobilmu juga!"

"Dad!!"

"Daddy gak mau dengar lagi apapun dari mulutmu!! Cepat serahkan!"

"Dad gak adil!! Aku ini udah dewasa!Dan aku berhak menentukan jalan kehidupanku sendiri!"

Pria itu mengangguk dengan tatapannya yang mematikan. "Kau bilang kau menentukan kehidupanmu sendiri?"

"Ya! Umurku itu sudah 17 tahun lebih! Dan aku sudah dewasa, Dad!"

"Baik kalai begitu. Sekarang kau angkat kaki dari rumah ini, dan silahkan kau lakukan apapun di luar sana!!"

"Daddy...!!" Mata Kinno membelalak. "Daddy gak bisa seenaknya mengusir aku!"

"Dengarkan Daddy -- Kinno Liem Setianto --" Danu mendekatkan wajahnya pada wajah anak semata wayangnya itu. "Jika kau masih ingin tinggal di rumah ini, kau harus mendengarkan dan menuruti setiap peraturan yang berlaku di rumah ini. Tapi, jika kau keberatan --- silahkan kau angkat kaki, dan mintalah pertolongan dengan manusia bernama Martin Luther itu!"

Kinno merasakan sesak teramat sangat pada dadanya. Ia tahu dan sadar bahwa pria yang sedang berbicaranya dengannya kini adalah daddy-nya sendiri. Ayah kandungnya yang sudah merawatnya sejak bayi hingga usianya sekarang ini, tanpa campur tangan seorang wanita di sisinya.

"Jangan pernah menghina Pak Martin!!"

Danu menegakkan tubuhnya. Lalu ia mengambil semua barang-barang milik anaknya itu dari atas meja makan. Mulai dari kunci mobil, hape, sampai seluruh isi dompet anaknya itu ia kosongkan. Dan hanya disisakan selembar uang kertas sepuluh ribuan saja.

"Mbok!!" Suara Danu terdengar menggelegar.

"Saya, Tuan.."

"Mulai pagi ini, anak itu tidak dapat uang jajan sampai bulan depan..."

"DAD...!!"

"Jadi, siapkan bekal dan botol minum untuknya."

"DADDY...!!"

"Daddy tunggu kau di teras."

"Aku gak mau!!"

"Oke. Kalau kau tidak mau diantar, maka kau tidak akan bisa pergi kemana-mana!"

"Arrggghhh...!! I HATE YOU, DAD..!!"

"Siapa yang peduli...?!"

#####

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang