Dua.Sembilan

875 104 2
                                    

Perlombaan memasak ini terdiri dari dua babak saja. Dimana pada babak pertama ini, setiap peserta dari masing-masing sekolah diharuskan membuat satu set menu hidangan yang terdiri dari makan pembuka, sup, makanan utama, sampai makanan penutup. Dan mereka harus membuat sebanyak 20 set, yang nantinya akan dicicipi oleh kedua puluh juri paling berkompeten di bidangnya itu.

Kompor-kompor mulai dinyalakan. Aroma wangi dari bahan-bahan yang dimasak pun sudah mulai menyebar ke seluruh penjuru stadion.

Tak peduli langit yang tadinya cerah, kini mendadak mendung, dengan angin dingin berhembus kencang menerpa para peserta.

Setiap ketua kelompok berteriak lantang, memberikan perintah pada tiap anak buahnya.

Ada yang bolak-balik mengambil bahan-bahan makanan pada wilayah khusus yang memang dikhususkan untuk meletakkan ratusan bahan makanan, dan tentunya dijaga ketat oleh enam panitia sekaligus.

Waktu yang terus berjalan maju, makin membakar dan memanaskan situasi yang ada di dalam area perlombaan. Setiap peserta mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuan terbaik mereka, demi membawa nama baik sekolah mereka.

Sebanyak 198 sekolah kejuruan dan perhotelan dari seluruh penjuru nusantara, mengikuti perlombaan memasak tahunan ini.

Dimana pada acara paling bergengsi ini, tidak hanya dihadiri oleh orang-orang biasa saja. Duta besar, tamu-tamu asing, kementerian pariwisata dan perwakilan istana pun turut hadir pada acara terbesar dan termegah di sabtu pagi ini.

Mereka semua ingin menyaksikan bagaimana para siswa berbakat itu, menunjukkan kehebatan dan kebolehan mereka dalam mengolah bahan-bahan mentah, hingga menjadi sebuah hidangan bercita rasa tinggi.

Sementara itu di meja nomer 13, Julian tampak kualahan memberi arahan pada teman-temannya. Semua ini terjadi karena Dafa yang tiba-tiba saja diam mematung.

"Julian, ayamnya kalau sudah dicuci terus diapain?!!" Tanya Tita panik.

"Kau potong dadu, lalu kau kasih bumbu!!"

"Hah?!! Bumbunya apa aja, Julian?!!"

Julian benar-benar stres dan frustasi. Karena otaknya yang kosong, tiba-tiba harus berfikir keras, memikirkan menu-menu apa saja yang akan dibuat untuk dihidangkan kepada para dewan juri itu.

Sudah 35 menit berlalu, dan mereka masih melakukan pekerjaan sekedar mencuci daging dan sayuran. Sedangkan peserta sekolah lain, kelihatan sudah menyelesaikan satu jenis menu, dan bahkan kini sedang dalam tahap penyelesaiannya.

"Aku tidak bisa melakukannya, nenek..." Dafa menggumam pelan. Perlahan ia berjongkok sambil menutupi kedua telinganya. "Aku takut sekali.."

'Bangunlah cucuku..'

Dafa menegakkan kepalanya. "Nenek..."

'Inilah saatnya kau memperlihatkan siapa dirimu yang sesungguhnya...'

"Nenek dimana?!!Nenek tolong bantu aku...!!! Bantu aku, nenek...!!"

'Dengarlah, Dafa --- bahwa Tuhan telah memberikan padamu sesuatu yang amat spesial -- yang tidak semua orang memilikinya..'

"Tapi aku tidak bisa, nenek..."

'Pejamkanlah matamu. Berdoalah pada-Nya -- Dan lihatlah mereka yang berada di sekelilingmu. Ingatlah kalau kau tidak sedang berjuang sendiri --- selamat berjuang, cucuku. Hari-hari indah sudah menunggumu... Semoga kita bisa bertemu kembali...'

"Nenek ---"

Priiittt...!!

"MEDISSS..!! MEDISSS..!!"

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang