"Bu Nuriyanti, ada Nenek Stevie..!!" Ujar Eka dari muka pintu dengan nafas tersengal. Membuyarkan rapat pagi dadakkan para gurunya itu.
Bu Nuriyanti dan Bu Fatma bergegas menyambut kedatangan Stevie Wallerima. Sedang guru lainnya, merapihkan ruang guru demi menyambut wanita tua kaya itu.
"Tidak usah repot-repot Bu Nuriyanti. Kedatangan saya karena sengaja diundang oleh Dafa."
'Diundang oleh Dafa?' Sontak saja kedua wanita itu saling bertukar tatapan.
Tak lama setelah Stevie Wallerima tiba, Inu pun tiba. Tapi anehnya pagi ini dia datang seorang diri. Tidak terlihat Dafa duduk di boncengan belakang motornya itu.
"Dafa mana, Pak Inu?" Tanya Bu Fatma.
"Saya juga tidak tahu, Bu. Semalam dia pamit mau keluar sebentar ada urusan. Tapi tengah malam tadi, dia mengirim saya WA bilang kalau dia tidak bisa pulang."
Mereka semua jadi bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang sedang dilakukan Dafa lagi kali ini?
Sampai bel masuk berbunyi, Dafa juga masih belum menampakkan batang hidungnya. Stevie Wallerima pun sejujurnya agak cemas memikirkan anak laki-laki yang kadang suka berbuat nekat itu.
"Assallamualaikum..!"
Akhirnya yang ditunggu pun tiba.
"Waalaikumsalam, Dafa." Sahut Bu Nuriyanti sambil melempar seulas senyum.
"Nenek Stevie sudah lama ya?"
Stevie Wallerima menggeleng pelan. "Kau darimana lagi, Dafa?"
Dafa menggaruk kepalanya kikuk. "Aku habis ada urusan sebentar semalam. Kita mulai sekarang aja ya, Nek.."
Stevie Wallerima mengangguk. Dengan dibantu Derrian dia pun bangkit dari duduknya.
"Bu Nuriyanti, tolong kumpulkan semua guru ya. Karena sekarang juga kita akan mengadakan rapat penting. Oke..!?"
"Rapat penting?" Dahi Bu Fatma mengerenyit.
"Aku akan memanggil teman-temanku yang lain dulu. Kita langsung ketemu di ruang pertemuan aja ya.."
Dafa pun langsung melesat secepat kilat menuju ruang informasi. Menyalakan microphone dan suaranya yang cempreng dan tidak enak itu, langsung terdengar ke setiap sudut sekolahnya.
'Teman-teman, aku tunggu di ruang pertemuan sekarang ya. Karena ada hal penting yang akan kusampaikan!'
Kelima remaja yang sedang mengobrol ringan di depan pelataran kelas itupun langsung membelalak.
"Kok firasat aku gak enak ya.." Gumam Tita pelan.
"Kita kesana sekarang aja yuk.." Ajak Sheila pada sahabat-sahabatnya itu.
Ruang pertemuan itu sebenarnya adalah sebuah ruang kelas biasa. Namun ruang kelas itu dirubah oleh Dafa sedemikian rupa, dan ditujukan sebagai ruang pertemuan, baik untuk urusan internal sekolah, maupun untuk urusan luar sekolah. Di ruangan itu pula, diletakkan semua piala dan piagam kemenangan yang berhasil didapatkan oleh Dafa dan teman-temannya.
"Kita berdiri di depan aja deh, takut gak kedengeran.." Tukas Eka yang langsung disetujui keempat sahabatnya itu.
Semua guru tampak sudah duduk pada kursi yang sudah disediakan. Dan kursi yang tersisa, sudah diduduki oleh para siswa lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing
Mystery / ThrillerApa kalian pernah merasakan bagaimana rasanya terkurung di dalam rumah sendiri selama 10 tahun lamanya? Tanpa pernah melihat matahari, langit biru, gumpalan awan, rintik hujan, kilatan petir, dan tanah yang berlumpur... Tapi tunggulah ketika ia sud...