"Yeeeyyy, sekolahhh...!!"
Jika Dafa senang dan gembira bukan kepalang karena akhirnya pagi ini ia bisa melihat dunia luar, sekaligus bersekolah.
Namun tidak dengan Anindita. Sejak semalam ia sudah mengatur orang-orang suruhannya agar tidak melepaskan pandangannya sedikitpun dari anaknya itu.
"Tenanglah Anindita, Dafa kan hanya sekolah. Dan siang nanti, ia akan kembali lagi ke rumah ini."
"Aku gak bisa tenang, Mas!" Anindita pun keluar dari kamar anaknya. Menjauh hingga ke lorong. "Bagaimana kalau mereka mengetahui keberadaan Dafa dan merebutnya dariku?!!"
"Anindita, sekolah Martin Luther itu adalah sekolah terbaik yang ada di negara ini. Hampir di setiap sudutnya dipasangi cctv. Gerbangnya pun dijaga lebih dari 5 orang." Danu menatap lekat-lekat intens. "Ditambah dengan orang-orangmu dan orangku juga.."
"Tapi Mas Danu, aku sangat kenal mereka! Mereka pasti akan melakukan berbagai cara untuk merebut Dafa dariku!"
"Hei ---" Danu mengelus pipi Anindita lembut. "Aku bersumpah, tidak akan membiarkan hal itu terjadi."
"Om Danu, ayo kita berangkat...!!" Dafa muncul dengan seragam putih abunya. Penampilannya itu sungguh membuat pangling.
"Kau lihat penampilannya sekarang..?"
Anindita menggigiti kuku ibu jarinya. Guratan cemas dan panik tak juga menghilang dari wajahnya.
"Aku sangat yakin, mereka tidak akan bisa mengenali Dafa yang sekarang."
"Mas Danu.."
"Serahkan semuanya padaku. Oke..!"
Kini Dafa sudah duduk manis di dalam mobilnya bundanya. Namun dia tidak bisa melihat apa-apa, karena seluruh kaca mobil itu yang dicat hitam.
"Dafa mau di mobil bunda atau di mobil Om?" Tanya Danu yang tentu saja langsung disambut gembira oleh Dafa.
Dan inilah kali pertamanya --- setelah sepuluh tahun lebih terkurung di dalam rumahnya --- ia bisa melihat langit dan merasakan sinar matahari hangat yang menerpanya.
Matanya membulat penuh. Apa yang dilihatnya ini, sungguh tak pernah terbayangkan olehnya.
"Wahhh...!!"
Ia berlari mendekati sebuah pohon mangga besar yang sedang berbuah itu. Menempelkan kedua telapak tangannya pada batang pohon itu yang berukuran besar dan kasar.
Lalu ia menyentuh rumput hijau yang agak basah dan dingin.
"Kerenn..!!" Ujarnya antusias. "Mbok, aku bisa memegang rumput dan tanah...!!"
"Ayolah Dad, aku bisa telat nih...!" Kinno berteriak dari dalam mobilnya. Akibat hukumannya yang masih berjalan, ia masih belum diperbolehkan bawa mobil ataupun motornya seorang diri.
"Halo, Kinno!!"
Kinno memutar bola matanya. Lebih baik ia mendengarkan musik metal daripada harus mendengarkan suara Dafa yang nyaring dan cempreng itu.
"Sudah siap semua?"
"Sudah, Om!! Ayo kita berangkat sekarang untuk menuntut ilmu...!!"
Danu melambaikan tangannya pada Anindita sebelum naik ke mobilnya, dan mulai menyalakan mesinnya.
"Om Danu, bukain jendelanya..!!"
"Berisik banget sih!!"
Danu sontak menatap tajam pada anaknya itu.
Dafa menyembulkan kepalanya keluar jendela. Melambaikan tangan pada bunda, Mbok Parni dan Pak Popo.
"Aku berangkat sekolah dulu ya, bunda!! Mbok Parni sama Pak Popo jaga rumah supaya gak dimasukkin pencuri, oke!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing
Mystery / ThrillerApa kalian pernah merasakan bagaimana rasanya terkurung di dalam rumah sendiri selama 10 tahun lamanya? Tanpa pernah melihat matahari, langit biru, gumpalan awan, rintik hujan, kilatan petir, dan tanah yang berlumpur... Tapi tunggulah ketika ia sud...