Delapan.Empat

775 89 13
                                    


"NATA..!!"

Kinno memekik seketika saat ia tidak mendapati Nata yang seharusnya, tidur bersebelahan dengannya.

"Nata -- maksudku, Dafa -- dia sudah kembali ke rumah Tante Sandra." Rafa menyahut dari muka pintu.

"Kenapa dia tidak membangunkanku?"

"Geezz.." Rafa menyunggingkan senyum. "Kau kan tahu dia itu seperti apa. Mana mungkin dia mau membangunkanmu, sedangkan kau kelihatan lelah sekali."

Kinno lantas meraih ponsel dan jaketnya. Dan tanpa pikir panjang, ia bergegas menuju rumah Sandra, meski ia harus berlari mengitari danau buatan dengan udara pagi yang sangat dingin ini.

"Nata dimana, Tante?" Tanya Kinno dengan nafas tersengal, setibanya di rumah Sandra.

"Nata lagi mengambil bahan makanan di groseri. Sebentar lagi juga kembali kok.."

Tak sampai Kinno duduk di teras belakang, Nata pun tiba dengan menumpangi sebuah mobil pick up.

"Kau itu tidur seperti orang mati saja, Kinno!" Eka meledek.

"Kenapa kau tak membangunkanku?"

Nata mengulas senyum. "Tapi sekarang, kau sudah bangun kan?"

"Biar aku saja yang bawa!" Kinno merebut peti telor yang sedang dibawa Nata. Tapi akhirnya, mereka berdua membawanya dengan bergotongan.

Nata agak salah tingkah, ketika Kinno masih saja terus menatapnya dengan tatapan menyalahkan.

"Menurutmu, kita buat menu apa untuk nanti sore?"

"Terserah kau saja..!" Jawab Kinno ketus.

"Yasudah. Kalau gitu kau pulang saja sana.."

"Oke, aku minta maaf!"

Nata menyengir lebar. "Dan aku juga minta maaf. Kakakku.."

Sejak pagi suasana di rumah Sandra sudah ramai sekali. Tenda-tenda sudah mulai dipasang. Pun begitu dengan kursi dan meja-meja.

Tadinya Sandra mengusulkan untuk menjamu tamu-tamunya Nata itu di Nata Tower, tapi Nata menolaknya mentah-mentah. Menurutnya, pemandangan di rumah Sandra itu lebih indah dan menyenangkan.

"Nata, Bu Fatma barusan meneleponku. Dia bilang kalau ada seratusan anak-anak yang akan ikut sore nanti." Ujar Tita agak sedikit ragu.

"Hmmm, bagus dong. Semakin ramai, semakin meriah kan?"

"Yahh, kalau sebanyak itu -- berarti aku harus mengupas berapa banyak semangka dan melon lagi nih?" Eka bersungut-sungut kesal.

Sebetulnya Nata sendiri tidak memaksa teman-temannya itu untuk terjun langsung membantu. Karena dia sendiri pun sudah ada banyak orang yang akan membantunya. Tapi kelima sahabatnya itu yang terus memaksa untuk membantu, jadi, ya -- Nata mempersilahkan saja.

"Gila!! Lagi capek gini, minum sirup anggur dingin tuh seger banget loh..!" Gabriel sengaja memanas-manasi Julian yang tentu saja sedang menunaikan ibadah puasa. "Lo mau, Jul? Dikit aja nih -- seger deh..!"

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang