Empat.Empat

673 87 2
                                    

"Nih ya Kak Nata dengerin baik-baik..." Hassel berceloteh ria sambil tiduran terlungkup di atas kasurnya yang bersprei tokoh animasi pokemon kesukaannya. "Di sekolah itu ada seorang murid namanya Dafa Ardiansyah. Dia itu hebat dan jago sekali loh..."

Sementara itu Nata yang lagi membaca buku bertuliskan huruf braile, cuma mengulas senyum aja.

"Kak Nata pokoknya harus sekolah disana! Biar nanti Kak Nata bisa ketemu sama Kak Dafa!"

"Aku buta dan dia tidak, Hassel."

Hassel seketika duduk dengan wajah cemberut. "Kak Nata ini maunya apa sih?!! Kalau Kak Nata gak mau sekolah, emangnya Kak Nata mau jadi orang bloon terus?!"

Nata menghela nafas. Ia menutup bukunya dan beranjak ke atas kasurnya.

"Aku mau sekolah asalkan bukan di sekolah itu."

"Kak Nata kenapa sih ngerepotin terus bisanya?!!" Hassel makin emosi. "Kak Nata tahu gak, kalau SMK Ellite Rovario itu adalah sekolah terbaik dan paling bagus disini tau!! Buktinya aja ada orang bulenya yang sekolah disana!"

Nata meraih dompet dan topi putihnya. Ia pun kembali turun dari kasurnya. "Apa kau mau ikut?"

"Yaiyalah, pakai nanya segala lagi!"

Hassel pun tak mau kalah. Ia mengambil tas selempang kuningnya. Dan juga handphone serta dompetnya.

Rencananya siang ini keduanya akan berbelanja di supermarket yang jaraknya hanya sekitar dua kiloan dari rumah Sandra.

"Den Hassel sama Den Nata mau kemana? Ini sudah mau ashar. Sebentar lagi Bu Sandra kan pulang.."

"Hassel sama Kak Nata mau buka puasa di luar dong, Mbok. Keren kan?"

Mbok Sumirah kelihatan agak kecewa. Sebab pagi tadi anak majikkannya sendiri itulah yang meminta untuk dibuatkan bubur candil sebagai menu berbuka puasa sore nanti.

"Assallamualaikum.." Seseorang memberi salam dari pintu depan.

"Maaf Pak gak terima sumbangan!!" Jawab Hassel cepat.

"Waalaikumsalam.." Nata menjawab seraya menuju pintu depan.

"Ihh, Pak Ustadz lagi! Kan udah dibilangin aku sama Kak Nata itu mau pergi!"

"Hassel!"  Nata meninggikan suaranya.

"Maaf kalau begitu, saya pamit dulu.."

"Tunggu, Pak Ustadz. Mari silahkan masuk dulu.."

"Apa benar tidak merepotkan, Mas Nata?"

"Sama sekali tidak, Pak."

Hassel langsung memasang wajah cemberut. Tapi dia malah duduk di sebelahnya Nata.

"Sebelumnya saya minta maaf kalau kedatangan kami ini tidak tepat. Berhubung sebelumnya anak-anak masjid juga pernah datang namun sepertinya Mas Nata sibuk jadi tidak bisa bertemu secara langsung."

"Aku lagi gak repot kok, Pak." Nata langsung tahu pasti semua ini ulah dari bocah berpipi chubby yang kini sedang duduk di sebelahnya dengan wajah ditekuk. "Apa yang bisa saya bantu, Pak?"

"Begini Mas Nata, sebetulnya masjid sedang butuh dana untuk renovasi. Sebab ada beberapa bagian yang bocor di saat hujan turun. Selain itu ---"

"Hassel, bukannya aku udah pernah kasih kau uang untuk disumbangkan ke masjid ya?"

"Emang." Jawab bocah itu singkat.

"Terus?"

"Kak Nata ini gimana sih?!!" Hassel malah emosi. "Kak Nata itu ngasih uangnya kebanyakkan! Jadi, yang aku kasihin sepuluh ribu aja!"

"Sepuluh ribu?!! Terus sisanya kau apakan, Hassel?!!"

"Hassel masukkin celengan sama buat jajanin teman-teman."

"Nah kan...!!" Tahu-tahu Sandra muncul di muka pintu.

Hassel salah tingkah. Ia langsung ciut melihat ekspresi maminya yang seperti nenek sihir itu.

"Siapa yang mengajari kau jadi pencuri, Hassel?!"

"Hassel bukan pencuri, Mami! Hassel itu cuma menyelamatkan uang Kak Nata! Nanti kalau uang Kak Nata habis gimana?!"

"Astagfirullah anak ini..." Sandra sampai memijat dahinya sendiri.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan jadwal buka puasa bersama, Pak Ustadz? Kapan aku kebagian harinya?" Nata mengalihkan topik pembicaraan.

"Mengenai itu, alhamdulilah Mas Nata, sudah terpenuhi seluruhnya."

Nata kelihatan agak kecewa mendengarnya. Karena rupanya dia tidak kebagian jadwal untuk mengisi takjil di masjid dekat rumahnya itu.

"Tapi kami para pengurus masjid sudah sangat berterima kasih sekali atas pemberian kurma dan air minum dari Mas Nata selama ini."

"Padahal saya ingin sekali memberikan takjil." Nata masih tak bisa menutupi kekecewaannya.

"Mungkin Mas Nata bisa membantu di panti atau masjid lainnya."

"Baiklah kalau begitu. Besok akan aku kirimkan bahan bangunannya. Kira-kira apa aja yang dibutuhkan, Pak Ustadz?"

"Kak Nata ihhh...!!" Hassel protes lagi.

"Hassel dengerin aku ya, tidak ada yang namanya kita jadi miskin karena menyumbangkan uang untuk mereka yang membutuhkan. Apalagi ini kan aku nyumbangkannya untuk memperbaiki masjid."

"Terserah Kak Nata aja deh..!"

#####

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang