Tiga.Satu

790 94 3
                                    

Babak pertama selesai sudah. Para dewan juri pun sudah mengantongi tiga puluh nama sekolah yang akan melaju ke babak final. Namun hal yang mengejutkan sebelumnya sudah terjadi. Untuk pertamanya kalinya dalam sejarah, bendera emas yang biasa didapatkan pertama kali oleh Kinno dan teman-temannya, kini berhasil di rebut oleh Dafa dan teman-temannya. Dan bahkan, dua dewan juri, dengan sukarela telah mempersembahkan bendera emasnya kepada Dafa dan teman-temannya.

Semua peserta dari sekolah lain, dibuat tersentak dengan keajaiban yang sebelumnya belum pernah terjadi ini. Mengingat bahwa Kinno adalah satu-satunya siswa terkuat yang tak ada seorang pun siswa dari sekolah manapun, yang bisa melengserkannya dari puncak kejayaannya.

Namun pada pagi ini, rupanya takdir berkata lain. Seorang penantang muncul dengan sangat mengejutkan. Mengalahkannya telak, dengan perolehan skor yang terbilang cukup jauh terpautnya.

"Pada babak final ini, kalian harus bisa menemukan satu bahan rahasia yang telah kami selipkan diantara ratusan bahan makanan lainnya.."

Bahan rahasia? Semua peserta yang dinyatakan lolos, sontak bertanya-tanya.

Mereka harus bisa menemukan bahan rahasia itu, sebab jika mereka berhasil menemukannya --- maka mereka akan mendapatkan dua bendera emas tambahan, dan tentunya itu akan sangat menguntungkan bagi sekolah mereka.

"Selain itu --- kami juga telah mengundang sebanyak 350 audiens yang kami pilih secara acak untuk dihadirkan dalam perlombaan ini!"

"Dimana nantinya mereka juga akan turut mencicipi dan memberikan nilai kepada setiap peserta!"

Tidak sedikit para peserta yang langsung memasang wajah pucat pasi saat membayangkan ratusan orang yang akan mencicipi dan memberikan nilai pada hidangan buatan mereka.

"Apakah itu artinya kita harus membuat ratusan porsi untuk mereka?!!"

"Ini sungguh gila!!"

"Lebih baik aku menyerah dan keluar saja!"

Sama seperti peserta lainnya yang sudah down duluan, Eka dan kelima teman-temannya juga berpikiran demikian. Mereka sungguh tak punya ide sama sekali untuk membuat hidangan apa pada babak final ini.

"Waktu kalian adalah lima jam!"

"Dan para juri misterius itu, akan masuk pada pertengah perlombaan nanti!"

PRRIITTTT...!!!

Para ketua masing-masing regu, mulai konsen berpikir tentang hidangan apa yang akan mereka buat. Sebab, jika mereka sampai salah memilih, bisa-bisa semuanya malah akan berakibat fatal.

"Kita lihat, siswa-siswa dari Martin Luther School telah mulai bergerak duluan mengambil bahan-bahan...!!"

"Ya. Sepertinya mereka sudah mempersiapkan babak penentuan ini dengan matang sekali!"

Sementara kedua pembawa acara itu terus memberikan komentar -- di meja nomer 13 itulah, Dafa dan teman-temannya terlihat masih belum melakukan apapun.

"Sudah 15 menit..." Desis Tita pelan.

"Dafa, kenapa kau diam saja...!?"

Julian refleks memegang bahu Eka seraya menggeleng. "Biarkan dia berpikir sejenak.."

"Tapi, Julian..."

Dafa mengambil buku notesnya. Lalu ia mencatat sesuatu dan merobek dan melipatnya menjadi dua.

Lalu yang dilakukannya selanjutnya, sangatlah mengejutkan. Karena Dafa malah berlari menghampiri para dewan juri dan memberikan secarik kertas dengan catatan tulisan tangannya tadi.

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang