Enam.Empat

627 87 4
                                    

Mereka kembali mendatangi orang pintar. Kali ini mereka mendatangi seorang Ustadz pemilik pondok pesantren yang katanya bisa melihat sesuatu di alam ghaib, dan menemukan orang yang hilang.

Kemarin-kemarin mereka sudah mendatangi puluhan orang pintar. Mulai dari yang bertarif ratusan ribu, hingga yang jutaan. Namun tak satupun dari orang-orang pintar itu yang bisa memberikan mereka sebuah petunjuk.

Kini mereka datang dengan segala pengaharapan terakhir mereka. Kalau cara ini masih juga tak membuahkan hasil, entah mereka harus melakukan apalagi.

"Waalaikumsalam. Duduklah kalian semua." Kata si Ustadz dengan senyum hangat dan ramahnya.

"Begini, Pak Ustadz. Maksud kedatangan kami kesini adalah untuk ---"

"Saya tidak bisa." Pak Ustadz itu memotong kalimat Kinno. "Saya tidak bisa melihatnya. Karena ada sebuah sinar yang sangat terang, yang menghalangi pandangan saya."

"Tolonglah, Pak Ustadz.."

"Minta tolonglah kepada Allah SWT. Doakan dia dalam setiap sujud kalian. Karena itulah yang akan selalu melindunginya."

"Setidaknya berikanlah kami satu petunjuk saja. Apakah Dafa sudah meninggal atau belum?!!" Sheila berkata dengan sebulir air mata yang jatuh dari sudut matanya.

Pak Ustadz itu cuma mengulas senyum. "Maaf, anak-anak. Saya tidak bisa banyak membantu."

Kinno dan yang lainnya pun meninggalkan padepokkan dengan langkah lesu. Mereka sudah benar-benar pasrah dan tak tahu harus melakukan apa lagi untuk bisa menemukan Dafa.

Drrttt...

Ponsel Inu bergetar. Sebuah panggilan masuk dari nomer ponsel Bu Nuriyanti.

"Selamat siang, Bu.."

'Pak Inu dimana? Ada kabar penting, Pak --'

"Kabar penting...?" Inu mengedarkan pandangannya.

"Nyalakan speakerphonenya, Pak!" Tukas Eka.

'Rafa resmi dijadikan tersangka oleh pihak kepolisian! Dia terbukti kuat telah membawa kabur Dafa, Pak Inu!'

"Rafa, Bu Nuriyanti?"

"Berarti yang dikatakan Kak Sam itu, benar?!" Eka sampai memelotot.

"Dia pelakunya...?" Kinno seprti kehabisan kata-kata.

'Beritanya lagi ramai di televisi! Pak Inu harus cepat kembali!'

"Baik, saya akan kembali secepatnya!"

#####

Sementara itu di tempat lain....

"KAU BRENGSEK, RAFA!! KAU ITU MEMANG IBLIS!!" Sam terus memaki adiknya itu. Bahkan kalau polisi tak menahannya, mungkin saja dia akan melakukan hal nekat lainnya untuk melukai Rafa.

"Rafa --- katakan dimana kau menyembunyikannya?! Nenek mohon padamu...?" Sampai Anggita Suryatama menyembah sujud pun, pemuda itu akan tetap bungkam.

Ya. Rafa tetap bungkam dan menutup mulutnya, mulai dari ia ditangkap di kamarnya, hingga ia sudah naik ke dalam mobil tahanan.

"RAFA..!! APA INI CARAMU BERTERIMA KASIH, HAH?!!" Anindita menggedor-gedor pintu mobil tahanan."TANPA DAFA, MUNGKIN SAAT INI KAU SUDAH TIDAK ADA DI DUNIA INI!!"

"Anindita!! Rafa itu kan anakmu juga!" Danu mencoba menenangkan isterinya itu.

"AKU TIDAK PERNAH PUNYA ANAK BERHATI IBLIS SEPERTI DIA!!"

Kinno dan yang lainnya datang di waktu yang tepat. Mereka masih bisa melihat Rafa di dalam mobil tahanan.

Kinno mengambil sebuah pisau lipat dari dalam mobilnya. Lalu dia menghampiri mobil tahanan dengan mata memerah dan emosi yang menguasainya.

"DIMANA DIA!!?" DIMANA DIA?!" Kinno berteriak sambil berusaha memecahkan kaca mobil polisi dengan pisau lipatnya.

"KINNO, HENTIKAN!!" Danu makin bertambah bingung.

"JANGAN HALANGI AKU, DAD!! AKU HARUS MEMBUATNYA MEMBUKA MULUT!!"

"KINNO!!"

"DIMANA DAFA?!! DIMANA DIA?!! KAU JANGAN DIAM SAJA!! JAWAB AKU..!!"

"Kinno!!" Inu menarik Kinno menjauh. Dia juga berhasil merebut pisau lipat dari tangan Kinno.

"KAU AKAN MEMBUSUK SELAMANYA DI PENJARA..!!" Sam berteriak penuh emosi. "AKAN KUPASTIKAN KAU MATI DI DALAM SANA!!"

Rafa pun menoleh. Dia menatap orang-orang di luar sana dengan tatapan tajam dan sinis. Lalu seulas senyum menyeringai ia lempar pada orang-orang itu.

"Memang aku yang sudah membawanya pergi..."

#####

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang