Empat.Satu

725 88 0
                                    

"Ibu Anggita...!!! Pak Ardiansyahhh...!!!"

Suara Trinity menggelegar memecah suasana pagi yang tenang dan damai di rumah berlantai empat itu.

Wanita berumur 30 tahunan itu berlari menaiki anak tangga dengan melompati dua-dua.

"Ibu Anggita..!!"

Dengan sangat kasar dia membuka pintu kamar Anggita Suryatama. Dan mendapati wanita tua itu sedang mengobrol ringan dengan anak laki-lakinya, di balkon kamarnya.

"Kau tahu kan ini bukan lapangan bola?" Ujar Anggita Suryatama sambil menyeruput secangkir teh hijau tanpa gulanya itu.

"Tahu nih, Tante Trinity. Udah tahu suaranya lebih-lebih dari klakson tronton, masih aja teriak melengking.." Sam muncul dengan tubuh bersimbah peluh.

"Dafa, Bu Anggita..!!"

Seketika raut wajah ketiga orang itu berubah drastis mendengar nama itu disebut.

"Dafa ---"

"Cucuku kenapa, Trinity..!!"

Trinity masih mengatur nafasnya yang tidak beraturan. "Pagi ini --- Dafa dan teman-temannya akan berangkat ke Paris.."

"Paris?!!" Ardiansyah terbelalak.

"Kau jangan bercanda, Trinity!" Suara Anggita Suryatama tegas.

"Saya langsung mendapat informasi ini dari Derrian, Bu Anggita.."

Ardiansyah sontak bangkit sambil menghubungi seseorang melalui ponselnya. "Sabtu besok itu kan pernikahan Anindita dan Danu. Apa Dafa tidak tahu?!!" Tukas Ardiansyah. 

"Kau sedang menghubungi siapa?"

"Inu, Bu! Aku cuma mau memastikan kalau ---"

"Aku rasa Tante Trinity telat mendapat kabar." Rafa muncul masih dengan mengenakan baju tidurnya.

"Apa maksudmu, Rafa?" Tanya Anggita Suryatama.

Rafa memperlihatkan sebuah foto pada ponselnya. Dan rupanya, foto itu adalah foto yang dikirim langsung oleh Inu saat Dafa dan teman-temannya baru sampai di hotel dimana mereka menginap selama berada di Paris sana.

"Carikan tiket pesawat sekarang juga, Trinity!!" Perintah Anggita Suryatama.

"Tapi, Bu ---"

"Kalau kau tidak mau berangkat, biar Ibu yang akan menyusulnya sendiri!!"

"Ibu..."

######


"Den Dafa dan beberapa teman serta gurunya sedang berada di Paris, Tuan -- Nyonya.."

Anindita yang sedang menikmati santapan makan malamnya, seketika terperanjat bukan main.

"Mbok tahu beritanya darimana?" Danu masih mencoba tenang.

"P-A-R-I-S...?" Kinno terbata pada posisinya. "Jadi --- berita itu benar?"

Danu sontak menoleh pada anaknya itu. "Kau sudah tahu dan kau tidak memberitahukannya pada kami?!"

Kinno menegakkan kepalanya. "Itu ---" lidahnya terasa kaku sekali.

"Den Dafa yang pamit langsung pada saya, Nyonya.."

"Aku gak bisa diam disini, Mas! Aku harus menemui manusia keparat yang sudah mencuci otak anakku itu!"

"Anindita!!" Danu menahan tangan Anindita. "Kita tidak boleh gegabah. Tolonglah..."

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang