Tiga.Kosong

810 96 0
                                    

"Aduhh..!!"

Bocah laki-laki dengan pipi chubby dan rambut hitam berponinya itu segera berlari menghampiri sumber suara itu dengan wajah cemas.

"Kan Hassel bilang nanti dulu, Kak Nata!! Bandel banget ih dibilanginnya...!?"

Nata, remaja yang baru saja tertusuk jarum jahit itu cuma bisa mengemut jari manisnya dengan sebuah cengiran di wajahnya.

"Lagian Hassel heran banget sama Kak Nata. Kemarin itu seharian cegukkan terus. Ehh, hari ini ketusuk jarum terus! Kak Nata ini sebenarnya kenapa sih?! Hassel jadi curiga deh.."

"Aku juga gak tahu, Hassel. Sepertinya ada seseorang yang sedang membicarakan diriku."

Hassel memberikan plester pada luka di jari manis Nata. Lalu meniupnya dengan mimik wajah menggemaskan sekali.

"Hari ini kita dapat uang berapa, Hassel?"

Bocah itu duduk di seberang Nata. Kembali menghitung uang kertas dan logam, dengan asal. Kalau boleh jujur, Hassel sebenarnya masih suka keliru dalam mengenali pecahan mata uang.
Jadi, ketika Hassel mengatakan kalau hari ini dia mendapatkan uang empat puluh juta dari hasil berjualan kue di sekolahnya, Nata sih percaya saja. Daripada harus berdebat dengan bocah ceriwis dan keras kepala itu.

"Hassel mesti cepetan beresin uang nih, soalnya bisa gawat kalau sampai si ibu tukang gosip itu tahu. Bisa-bisa nanti uang kita diambil, terus dipakai buat beli make up lagi!"

"Siapa yang kau maksud 'ibu tukang gosip itu' anak nakal?!" Sesosok wanita bertubuh sedang, muncul dari belakang Hassel dengan wajah kusut seperti baru saja diterjang badai tornado itu. "Kau lupa ya, siapa yang sudah melahirkan dan merawatmu selama ini?"

"Lepasin ahh, mami!!! Sakiiitt...!!"

Sandra makin mengencangkan jeweran pada telingan kanan anaknya itu.

"Uang siapa itu?!"

Nata meraih buku tebal miliknya. Membukanya. Dan pura-pura tidak melihat serta mendengar apa yang sedang terjadi antara ibu dan anaknya itu.

Sandra menarik kursi di sebelah Nata. Menggebrak meja dengan mata memelotot. "Uang siapa itu?!! Jawab Mami!!"

"Boleh ambil!"

"Darimana?!"

"Kotak amal masjid!"

"Hassel...!!" Sandra makin menjadi. Rasanya kepalanya mau pecah, tiap kali harus menghadapi ulah konyol anak laki-lakinya yang baru berumur 7 tahun itu. "Gak Mami ajak jalan-jalan lagi ya!?"

Hassel memiringkan bibirnya. "Siapa juga yang mau diajak jalan-jalan keliling komplek!? Kayak orang susah aja!"

"Pasti ini nih, akibat kebanyakkan nonton film kartun!"

"Mami juga sering nonton teleponela kan!? Apaan, orang lagi ciuman aja ditonton! Pasti iri tuh jadinya marah-marah terus..!"

Kesabaran Sandra pun habis. Ia kembali menjewer telinga anaknya itu.

Dan ia tidak peduli, meski Hassel terus meronta seperti anak godzila yang lagi marah itu.

Sampai kemudian...

Prangg..!

Sandra refleks melepaskan jewerannya dan bergegas menghampiri Nata yang sedang berjongkok sambil meraih-raih pecahan beling di sekitarnya.

"Maaf Tante, aku tidak sengaja.."

"Kak Nata gimana sih?!! Kan Hassel udah bilang, kalau mau minum bilang aja sama Hassel atau si mbok, biar diambilin nanti...!"

"Iya, Hassel. Aku minta maaf."

"Pecah lagi deh gelasnya. Kalau begini terus, bisa habis persediaan gelas di rumah ini."

"Biar saya saja yang bersihkan, Bu Sandra.."

"Tolong ya, Mbok.."

Sandra pun meraih tangan Nata. Lalu menuntunnya menuju kamar tidur Nata dan Hassel.

"Memangnya persediaan gelas di rumah ini sudah mau habis ya, Tante?"

"Halah-halah, untuk apa kau dengarkan ucapan si anak cabe itu, Nata?"

"Hassel bukan anak cabe, Mami!!" Tahu-tahu bocah itu sudah muncul lagi. "Mami tuh si mama cabe rawit!!"

Kalau ada kardus dan plakban, mungkin Sandra akan langsung memasukkan Hassel ke dalam kardus, lalu menutupnya rapat, dan dia akan mengirimkan anak itu ke ujung dunia. Biar bisa hidup dengan para pinguin bermulut lancip dan ceriwis di Arktik sana.

"Hassel mau mandi dulu ahh... Habis mandi baru ngaji terus main sambil jajan deh.."

"Awas ya, kalau kau cuma niatan mau main!Mami gak akan kasih kau uang jajan!"

"Biarin aja, wekksss!! Hassel bisa minta sama Kak Nata. Soalnya uang Kak Nata kan lebih banyak dari uang mami!!"

Untungnya habis itu, Hassel langsung menghilang di balik pintu kamar mandi. Sebab kalau tidak, sudah pasti Sandra akan mengurung bocah hiperaktif di dalam lemari pakaiannya yang sempit dan pengap.

"Nata..." Sandra menghela nafas pendek. Di pegangnya tangan remaja itu. "Jadi, penyebab luka bakar dan tergores di tanganmu ini adalah..."

"Kalau Tante keberatan, aku tidak akan meneruskannya lagi.."

Sandra duduk di sebelah Nata. Sama-sama menyender pada kepala tempat tidur.

"Tante bukannya keberatan Nata, hanya saja Tante sangat mencemaskanmu.."

"Aku tahu Tante sudah banyak berkorban demi diriku. Dan pastinya, Tante juga sudah menghabiskan banyak sekali uang untuk biaya operasiku."

"Nata --- Tante mohon jangan pernah berpikiran seperti itu lagi ya.."

Hati Sandra bergetar saat melihat raut wajah remaja yang mempunyai keterbatasan dengan kedua indera penglihatannya itu.

"Terima kasih, Tante. Terima kasih karena sudah mau menampung, merawat, dan menganggapku sebagai bagian dari keluarga ini.."

#####

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang