Tujuh.Empat

650 96 5
                                    

'Oke. Kutunggu kalian di sekolah jam 3 sore.'

Kinno membalas chat-an kelima sahabatnya di grup whatsapp. Mereka janjian untuk ke makam Dafa besok sore, untuk mengenang empat tahun kepergiannya Dafa.

"Kak, apa betul satu-satunya orang yang bisa mengalahkan Kak Kinno itu cuma Kak Dafa seorang?"

Lagi dan lagi, Kinno mendengar pertanyaan itu dari junior-juniornya.

Oh ya, setelah ia memutuskan untuk pergi dari kehidupan Nata, kini ia mengisi waktunya dengan menjadi pengajar di bidang memasak untuk para juniornya, di SMK Ellite Rovario.

Ia seperti tak punya tempat lain untuk kembali. Ia merasa bahwa jiwanya dan sekolah ini telah melebur menjadi satu. Dan ia belum bisa menerima, kalau ternyata ada sekolah lain yang akan menggeser sekolahnya itu dari posisi puncak.

"Dia tidak hanya bisa mengalahkanku. Tapi aku yang tidak ada apa-apanya di hadapannya." Kinno membalas penuh arti.

Dia memang ahli dan pandai dalam hal memasak. Bakatnya itupun sudah tak bisa diragukan lagi. Namun di balik itu semua, dia masih tak mampu untuk membawa nama SMK Ellite Rovario ke kancah internasional, seperti apa yang dilakukan Dafa dahulu.

Tok.. Tok..

Seorang siswa yang membukakan pintu kitchen. "Ohh, untuk Kak Kinno?"

Mendengar namanya disebut, Kinno lantas menghampiri kedua juniornya itu.

"Untukku? Dari siapa?"

Siswa berkacamata itu angkat bahu. "Aku cuma diminta memberikan ini untuk Kak Kinno."

Kinno membawa kotak yang ukurannya lebih besar dari kotak sepatu itu. Terbungkus dengan kertas kado berwarna biru muda, lalu diikat dengan sebuah pita biru tua yang amat manis.

"Dari penggemar rahasiannya kali, kak!" Tukas seorang siswi.

"Kok gak dibuka sih, kak?"

"Gak penting juga kan?" Jawab Kinno santai. "Besok adalah hari terakhir kita latihan sebelum pertandingan. Jadi aku harap kalian bisa datang lebih awal."

"Duhh, kok malah aku yang jadi penasaran sih?" Celetuk seorang siswi lainnya.

Kinno menyodorkan kotak itu ke depan juniornya. "Buka saja kalau kalian penasaran. Hahaha..!!"

"Wahh lucu juga kertas kado motifnya lumba-lumba yang timbul kayak gini."

"Iya. Kayaknya aku juga baru lihat deh.."

Degh..!

Wajah Kinno berubah tegang. Dia memperhatikan kotak itu dengan seksama. Kenapa dia tidak menyadari kalau ternyata kertas kado yang membungkus kotak itu, gambarnya --- lumba-lumba..!!??

Kinno merebut lagi kotak itu. "Maaf!" Tukasnya. Lalu dia membuka kotak itu dengan sangat kasar sekali.

Matanya terbelalak saat mendapati puluhan atau bahkan mungkin ratusan keping cokelat berbungkus kertas berwarna kuning keemasan, di dalamnya.

"So sweet banget deh..!!"

Dikeluarkannya semua kepingan cokelat itu. Dan dia menemukan sebuah kertas berwarna biru muda terlipat, berada di antara tumpukkan kepingan cokelat itu.

Ia langsung membuka lipatan kertas itu, dan membacanya dengan hati berdebar.

'Senang rasanya melihatmu dalam keadaan baik-baik saja, Kinno..'

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang