Lima.Kosong

714 91 1
                                    

Flashback ~~~

Dafa kecil sedang duduk sendirian di bawah pohon rambutan rindang depan rumahnya. Menggambar dengan krayonnya, sambil mulutnya berceloteh riang bersama teman-teman imajinasinya.

"Kalau nanti aku besar, aku mau bangun istana besar sekali. Hhihhi..."

"Dafa, kau yakin tidak mau ikut?" Sam menyembulkan kepalanya dari jendela kamar tidurnya.

Dafa menegakkan kepalanya. Menggeleng dengan mata bulat jernihnya itu.

"Kalau kau memang tidak mau ikut, gak papa." Ardiansyah muncul dengan membawa sekotak peralatan memancingnya. "Sebentar lagi bunda sama nenek juga akan kembali.."

"Iya, ayah..."

Sam melompat keluar melalui jendela kamarnya. "Yah, Rafa kemana lagi?"

"Paling juga sama teman-temannya."

"Anak itu makin susah diatur. Apa dia gak tahu kalau kita akan pergi?"

"Kak Sam jangan marah terus ya. Kan kasihan Mas Rafa.."

Sebenarnya Sam agak cemas meninggalkan adiknya yang baru berumur 6 tahun itu seorang diri di rumah. Tapi dia percaya saja saat Dafa kecil meyakinkan kalau dia akan baik-baik saja, sebab ada teman-temannya yang akan selalu menjaganya.

"Kalau hujan, kau masuk saja ya, Dafa. Jangan lupa pintunya dikunci juga." Teriak Sam dari dalam mobil ayahnya.

Dafa melambaikan tangannya. "Jangan lupa bawakan aku gulali ya Kak Sam...!!"

Sam tertawa saja mendengarnya. Padahal sudah berulang kali dia mengatakan, kalau dia dan ayahnya akan pergi memancing. Bukan ke pasar malam.

Dafa kembali menggambar sambil bernyanyi riang. Nyanyian yang entah ia dapat darimana liriknya itu.

Srekkkss..

Ketiga bocah itu mengamati Dafa dari balik semak-semak. Mereka terus berbisik-bisik sambil menunggu mobil kijang kuno itu menjauh pergi.

"Adikmu itu memang aneh, Rafa.." Ujar si anak gemuk dengan tompel di pipi kirinya itu.

"Masa dia bicara dengan peri pohon? Hahaha...!" Timpal si anak kurus dengan wajah dipenuhi bintik-bintik merah itu.

Rafa naik pitam. Ia hampir aja menonjok kedua temannya itu.

"Dia itu bukan adikku!!"

"Ohh yeah? Lalu kenapa dia ada di rumah kau? Dan sepertinya Sam memang lebih menyayangi dia daripada kau.." Ledek si anak gemuk.

Rafa tidak tahan lagi. Ia segera keluar dari persembunyiannya. Rencananya kali ini tidak boleh gagal lagi. Dia harus segera menyingkirkan anak aneh itu dari rumah dan keluarganya.

"Heh...!" Rafa memanggilnya. Namun Dafa tidak meresponnya. "Kau tuli ya!!?"

Dafa kecil masih saja asyik dengan krayon dan buku gambarnya. Sampai...

Rafa mengambil segenggam tanah merah, lalu melemparkannya pada Dafa kecil.

"Mas Rafa kenapa?"

"Kau itu tuli ya?!!"

Dafa menggeleng polos. Dia membersihkan tanah merah kering yang mengotori kepala dan buku gambarnya.

"Kak Sam sama ayah lagi pergi memancing. Mereka akan bawa banyak sekali ikan nanti.."

"Aku dan temanku mau melihat rumah peri cokelat. Apa kau mau ikut?"

Mata Dafa membulat. Memang sebelum tidur, baik ayah dan Sam, selalu menceritakan padanya tentang si peri cokelat.

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang