Dua.Empat

818 95 0
                                    

Jika perlombaan kali ini yang hanya diikuti 15 sekolah se-DKI Jakarta saja ramai dan meriahnya sudah seperti ini. Bagaimana dengan perlombaan tiap tahun yang akan digelar besar-besar pekan mendatang di Gelora Bung Karno Senayan..?

Yang bahkan akan diikuti oleh seluruh sekolah kejuruan dan perhotelan dari seantero penjuru negeri ini.

Dafa dan ketujuh temannya yang lain, sudah menempati meja dengan nomer peserta 13. Posisi mereka ini bisa dikatakan sebagai posisi terburuk atau posisi neraka. Karena meja mereka yang berada di tengah-tengah meja dari peserta sekolah lainnya.

"Nanti, kalian main-main ke sekolahku ya..." Dafa masih saja berceloteh dengan siswa dari sekolah lain.

Jam 8 tepat, dua panitia berdiri di garis antara wilayah peserta dan dewan juri. Kedua pria itu menjelaskan tentang tata cara perlombaan pagi ini.

"Perlombaan pagi ini adalah bertemakan kuliner tradisional nan eksotis!" Kata si pria berhidung mancung itu dengan berapi-api.

"Dan waktu kalian adalah dua setengah jam, untuk membuat 7 jenis hidangan berbeda!!" Kata pria berkulit sawo matang, namun berwajah manis itu.

Para peserta kelihatan antusias sekali menanggapinya. Bagi mereka yang sudah mempersiapkan betul-betul dalam menghadapi perlombaan ini, tentu bukan masalah besar.

Namun beda hal nya dengan ketujuh siswa dari SMK Ellite Rovario itu. Mereka tampak saling bertukar pandangannya dalam kebisuan.

"Kita siapin dulu, pisau -- talenan -- parutan -- panci -- penggarisan -- pulpen -- wajan -- tisu basah -- terus..." Dafa terdiam. Ia memperhatikan lagi semua benda yang ada di dekatnya. "Apalagi ya..?"

"Kita gak bisa mengandalkan Dafa." Desis Gabriel. "Dari pas kemarin latihan aja, dia mengira kalau kita ini seperti sedang bermain rumah-rumahan!"

"WAKTU KALIAN, DIMULAI DARI SEKARANG...!!"

"Julian, kita akan buat apa aja nih?!" Pekik Tita panik.

Julian sedang berpikir. Namun ia tidak bisa berpikir jernih, pada saat situasi seperti sekarang ini.

"Rendang -- soto betawi -- tahu dan tempe bacem -- kita buat itu dulu aja deh..!"Tukas Julian. "Aku dan Gabriel akan mengambil bahan-bahannya, Kalian siapkan semua peralatannya..!"

"Yaa..!!"

Sementara itu di meja peserta dari sekolah lain, mereka sudah terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sang ketua dari masing-masing tim pun bekerja dengan sangat baik dan terencana. Membagi-bagikan tugas pada masing-masing anggotanya dengan sangat adil.

Kembali ke meja peserta bernomer 13 itu. Dimana kedelapan siswa itu sudah mulai sibuk dengan tugasnya masing-masing.

Eka dan Tita yang terlihat sibuk mencuci daging sapi dan ayam. Sheila dan Yuliana yang sedang sibuk mengupas bawang, dan menyiapkan segala macam rempah-rempah yang akan mereka gunakan sebagai bumbu dasar nantinya. Lalu --- Dafa yang sedang sibuk sendiri dengan satu bonggol jagung yang masih terbungkus daun hijau di lapisan luarnya itu.

Waktu terus berjalan, dan tanpa terasa sudah 30 menit berlalu.

Aroma wangi dari berbagai jenis bumbu yang ditumis pun sudah menguar ke segala penjuru arah.

Para guru dan orang tua murid yang turut serta mengantarkan pun, berharap yang terbaik dari setiap anak-anak yang sedang berlomba memperlihatkan kemampuan terbaik mereka itu.

"Julian, daging rendangnya masih keras.." Bisik Tita dengan wajah cemasnya.

"Bumbu balado telornya juga pahit dan asin, Jul ---" Yuliana menimpali.

Julian panik berkali lipat. Karena memasak itu bukanlah sebuah perkara yang mudah. Dibutuhkan insting yang tepat untuk bisa memghasilkan sebuah masakkan yang lezat dan bercita rasa tinggi.

"Aku udah selesai..!!" Kata Dafa yang tentu saja mengejutkan teman-teman satu timnya.

"Memangnya kau buat apa, Dafa?" tanya Sheila.

"Nasi goreng kambing..."

"Mana nasi gorengnya?" Gabriel kebingungan mencari sepiring nasi goreng yang dimaksud oleh Dafa itu.

"Ini...!!" Dafa memperlihatkan sesuatu yang terbungkus oleh daun pisang, lalu diikat oleh sebuah tali putih tipis.
"Kok nasi goreng dibungkus daun pisang?" Tita jadi bingung sendiri.

Namun gara-gara kejadian ini, kuah soto betawi yang sedang mereka masak, sampai pecah santannya, dan alhasil selain tidak sedap dipandang mata, rasanya pun jadi tidak enak.

"Sekarang aku lagi mau buat pepes ikan mas nih.." kata Dafa lagi dengan ekspresi santainya. "Bumbunya udah jadi. Sekarang aku tinggal mencampurnya dengan ikan, lalu mengukusnya, dan tinggal di bakar deh.."

Meski kelihatan sangat tidak meyakinkan, tapi mereka terpaksa mengikuti apa-apa yang selanjutnya diperintahkan oleh Dafa.

Sampailah di menit-menit terakhir, dimana hanya tinggal peserta dari SMK Ellite Rovario sajalah yang masih kelihatan menyelesaikan masakan terakhir mereka.

Hingga saat panitia mulai menghindur mundur, Dafa masih menyelesaikan tahap akhirnya. Dan disinilah, semua teman-teman, guru-guru, dan juga peserta dari sekolah lain, dibuat terpana oleh kecepatan dan kelihaian tangannya itu.

"SELESAIII...!!" Dafa berteriak seraya mengangkat tangan. Hanya lima detik sebelum berakhirnya waktu perlombaan yang diberikan oleh panitia.

Dengan perasaan dan bahagia, dia memperhatikan ketujuh piring berbagai bentuk yang ada di hadapannya itu.

"Teman-teman, kalau kita mengerjakannya bersama-sama, semua pasti terasa lebih mudah kan?" Ucap Dafa pada ketujuh temannya yang lain.

Namun teman-temannya itu hanya menanggapinya dengan seulas senyum. Karena bagi mereka, sesungguhnya Dafa seorang dirilah yang menyelesaikan semua itu dengan tangannya sendiri.

#####

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang